Memahami Diri dalam Wacana Psikologi (6)
Yang
Real, dan fase kebutuhan, berlangsung dari lahir hingga masa usia antara 6 dan
18 bulan, ketika gumpalan bayi mulai bisa membedakan antara tubuhnya dan segala
sesuatu lainnya di dunia. Pada titik ini, bayi bergeser dari memiliki kebutuhan
menjadi memiliki permintaan. Permintaan tidak dapat dipuaskan dengan
objek-objek; permintaan itu selalu merupakan suatu permintaan akan pengakuan
dari yang lain, akan cinta dari yang lain.
Prosesnya berjalan sebagai berikut:
bayi mulai menyadari bahwa dia terpisah dari yang lainnya, bahwa di luar
dirinya ada benda-benda yang bukan bagian dari dirinya; maka ide tentang
“liyan” diciptakan. (Bagaimanapun, perlu diingat, bahwa pada saat yang sama
oposisi biner “diri/liyan” belum lagi eksis, dikarenakan bayi masih belum
memiliki pemahaman koheren tentang “diri”). Kesadaran akan pemisahan, atau
fakta akan keliyanan, menciptakan kecemasan, suatu perasaan kehilangan. Bayi
kemudian memintakan penyatuan kembali, suatu gerak kembali kepada perasaan awal
akan kepenuhan dan non-pemisahan yang pernah dirasakan di wilayah Yang Real.
Tetapi hal tersebut mustahil, sekalinya bayi mengetahui (dan, harus diingat,
kemengetahuan ini seluruhnya terjadi pada tingkatan tak sadar) bahwa ide
tentang “liyan” sudah eksis.
Permintaan bayi dipenuhi oleh liyan, untuk kembali
kepada rasa penyatuan awal; bayi menginginkan ide tentang liyan itu hilang.
Permintaan tersebut kemudian menjadi permintaan akan kepenuhan dan keutuhan,
dari liyan yang akan menutupi kekurangan yang dialami bayi. Tetapi, tentu saja
ini mustahil, karena kekurangan tersebut, atau ketiadaan, perasaan akan
ke-“liyan”-an, adalah kondisi bagi bayi untuk menjadi diri/subjek, suatu
makhluk budaya yang berfungsi.
Karena
permintaan itu adalah pengakuan dari yang lain, hal tersebut tidak bisa
benar-benar dipenuhi, hanya dikarenakan bayi berusia 6 hingga 18 tahun tidak
dapat mengatakan apa yang diinginkannya. Sang bayi menangis, dan sang ibu
memberikannya botol, atau payudara, atau dot, atau sesuatu, tetapi tak ada objek
yang dapat memuaskan permintaan tersebut—permintaan itu adalah respons pada
suatu tingkatan yang berbeda. Sang bayi tidak dapat mengenali cara bagaimana
sang ibu merespons terhadap hal tersebut, dan mengenalinya, karena bayi belum
lagi memiliki konsepsi tentang dirinya sebagai sesuatu—bayi hanya mengetahui
bahwa ide tentang “liyan” itu eksis, dan bahwa ia terpisah dari “liyan”, tetapi
ia belum lagi memiliki ide tentang siapa “diri”-nya sebenarnya.
Disinilah
terjadinya tahapan cermin menurut Lacan. Pada usia antara 6 hingga 18 bulan,
sang bayi atau anak belum lagi menguasai tubuhnya; ia tidak memiliki kendali
atas gerak-geriknya sendiri, dan ia belum lagi memiliki pemahaman akan tubuhnya
sebagai keutuhan. Malahan, sang bayi mengalami tubuhnya sebagai terfragmentasi,
atau terpencar-pencar—hanya sebatas bagian apa pun dari tubuhnya yang berada
dalam jangkauan pandangannya sejauh bayi dapat melihatnya, tetapi menghilang
manakala sang bayi tidak dapat melihatnya. Sang bayi mungkin bisa melihat
tangannya sendiri, tetapi ia tidak mengetahui bahwa tangan tersebut
miliknya—tangan tersebut bisa saja milik siapa pun, atau bukan siapa pun.
Bagaimana pun, anak pada tahapan ini dapat membayangkan dirinya sendiri sebagai
keutuhan—karena ia telah melihat orang lain, dan mencerap mereka sebagai wujud
utuh. bersambung
PENULIS
Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas
0 komentar:
Post a Comment
Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D