Hello

Welcome To My Blog

MISBAHUDDIN HASAN
Semoga Tulisan di Blog ini Bermanfaat Bagi Anda

Recent

Memahami Diri dalam Wacana Psikologi (5)

Di sini Lacan mengikuti argumen yang dibuat Freud tentang gagasan akan kehilangan. Dalam suatu studi kasus yang muncul di buku Beyond Pleasure Principle, Freud membicarakan tentang anaknya, Anna Freud, yang berusia 18 bulan, yang memainkan sebuah permainan dengan kumparan yang diikat dengan benang.

Anna melemparkan jauh kumparan tersebut, dan mengatakan “Fort,” yang merupakan bahasa Jerman untuk “hilang”. Anna kemudian menarik kembali kumparan tersebut, dan mengatakan “Da”, yang merupakan bahasa Jerman untuk “ketemu”. Freud berpendapat bahwa permainan ini merupakan suatu simbolik bagi sang anak, suatu cara untuk mengatasi kecemasannya akan ketiadaan ibunya. Ketika dia melemparkan kumparan tersebut dan mengatakan “Fort”, dia memainkan kembali pengalaman akan kehilangan objek yang dicintai; ketika dia menggulungnya dan berkata “Da”, dia mendapatkan kepuasan dari penemuan objek tersebut.

Lacan mengambil kasus ini dan memfokuskan, tentu saja, pada aspek bahasa yang ditampilkannya. Lacan mengatakan bahwa permainan fort/da, yang Freud katakan terjadi ketika anaknya berusia sekitar 18 bulan, adalah tentang masuknya anak ke dalam tahapan Simbolik, atau ke dalam struktur bahasa itu sendiri.

Lacan mengatakan bahwa bahasa selalu tentang kehilangan atau ketiadaan; yang dibutuhkan hanyalah kata-kata ketika objek yang diinginkan menghilang. Jika dunia kita seluruh utuh, tanpa ketiadaan, maka kita tidak akan membutuhkan bahasa. (Jonathan Swift, dalam Gulliver’s Travels, mengemukakan versinya sendiri tentang hal ini: sebuah budaya yang tidak ada bahasa di dalamnya, dan orang-orang membawa seluruh objek yang mereka butuhkan sehari-hari di punggungnya).
Maka dalam wilayah Yang Real, menurut Lacan, tak ada bahasa di dalamnya, tak ada kehilangan dan ketiadan; yang ada hanya kepenuhan utuh, kebutuhan dan pemuasan kebutuhan. Karena itu Yang Real selalu melampaui bahasa, tak dapat direpresentasikan dalam bahasa (dan karenanya merupakan kehilangan yang tidak dapat diperoleh kembali ketika seseorang masuk ke dalam bahasa). bersambung

Share this:

PENULIS

Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas

BERGABUNGDENGAN PERCAKAPAN

0 komentar:

Post a Comment

Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D