Hello

Welcome To My Blog

MISBAHUDDIN HASAN
Semoga Tulisan di Blog ini Bermanfaat Bagi Anda

Recent

Pengertian Bahasa al-Quran

Karya-karya peneliti terdahulu sebenarnya tidak kosong seluruhnya dari kajian bahasa al-Quran. Namun untuk menemukan metode modern pembacaan teks dengan bantuan ilmu semantik dan hermeneutik masih harus perlu penelitian mendalam, bila kita tidak ingin mengatakan masih kosong. Selain satu atau dua peneliti warga negara Arab, para peneliti al-Quran kontemporer tidak banyak melakukan riset dengan metode ini. Kini, sebagai sebuah perbandingan, dalam pembahasan yang berhubungan dengan hasil-hasil yang dicapai filsafat tentang agama, maka kini diperkenalkanlah apa yang disebut filsafat agama. Nah, bahasa agama yang dikaji dalam filsafat agama yang disampaikan secara umum itu dikajis secara serius dan khusus dalam studi bahasa al-Quran, di mana setidak-tidaknya hal itu dikaji dalam masalah kemungkinan memahami bahasa al-Quran.

Dengan dasar ini, muncul pertanyaan-pertanyaan seperti berikut: Apa sebenarnya makna dari pengertian-pengertian semacam ini yang bersumber dari bahasa al-Quran? Apa hubungannya dengan kesepakatan bahasa yang dipakai manusia? Mengapa bahasa al-Quran memakai simbol dan dalam kondisi seperti apa al-Quran memakainya? Apa kunci pembuka untuk memahami simbol-simbol tersebut dan bagaimana kita dapat sampai pada pengertian asli teks? Pendeknya, pertanyaan pokok dalam kajian bahwa al-Quran adalah bagaimana al-Quran berbicara? Saat menyampaikan pesannya. dalam format, konteks dan kondisi seperti apa al-Quran berbicara, sehingga dengan cara pandang itu kita dapat mengkaji al-Quran?

Kita tahu bahwa bagian dari hermeneutik modern adalah mengkaji metode-metode pemahaman dan takwil teks-teks suci sebagai karya sastera. Yakni, deskripsi bahasa simbol teks-teks suci dengan asumsi bahwa substansinya dapat diketahui lewas penjelasan metodologi bahasa dan ada penjelasan bagi hakikat makna yang berbeda-beda. Masalah ini sangat penting buat memahami al-Quran. Karena kita akan mendapatkan kasus-kasus dalam al-Quran di mana penjelasan dan bahasanya dengan bagian-bagian lain sangat berbeda. Sebagai contoh di sebagian ayat proposisi al-Quran mutlak bersifat laporan dan langsung (seperti kasus-kasus penjelasan hukum-hukum syariat) dan terkadang proposisi al-Quran mengambil bentuk lain. Hal ini kembali pada penjelasan al-Quran sendiri yang menyebutkan bahwa sebagian dari ayat-ayat al-Quran dapat ditakwil dan penakwilan itu hanya diketahui oleh Allah dan mereka yang disebut “Rasikhuna fil Ilm” (orang-orang yang mendalam ilmunya, Ali Imran : 7).

Jelas, perubahan penyampaian akan mengetengahkan klasifikasi khusus dalam metode penyampaian al-Quran yang dapat dikaji juga dalam tema bahasa al-Quran. Kini, berbagai pertanyaa di kemukakan yang berhubungan erat dengan al-Quran, sementara jawabannya hanya dapat ditelusuri dalam riset mengenai bahasa al-Quran. Sebagai contoh, lihat beberapa kasus berikut ini:

1. Dalam al-Quran ada tema-tema yang bila dipandang secara lahiriah tidak dapat dijelaskan dengan sains modern seperti masalah tujuh langit dan penciptaan Nabi Adam as dari tanah.

2. Dalam al-Quran terdapat ayat-ayat al-Quran yang makna lahiriahnya tidak sesuai dengan akidah Islam seperti, “Dan datanglah Tuhanmu, sedang malaikat berbaris-baris” (al-Fajr : 22), “Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas 'Arsy” (Thahaa : 5), “Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka Melihat (al-Qiyamah : 22-23).

3. Pertanyaan-pertanyaan penting dan sulit biasanya terkait dengan kajian bahasa al-Quran dan itu terkait dengan masalah ayat-ayat al-Quran yang tidak kontinyu dan sinkron. Menurut sebagian pemikir, kekhususan gaya al-Quran dalam permulaan tahapan membaca adalah menarik perhatian dan tidak seperti biasanya, tidak kontinyu dan tidak memiliki bentuk lahiriah yang harmonis serta sistem yang normal dan biasa dipakai.1

Sebagai bukti kita lihat betapa surat al-Baqarah yang menjadi surat terpanjang dalam al-Quran memiliki tema-tema yang berbeda-beda dan asing satu dengan lainnya. Thaha Husein membongkar perbedaan yang ada dengan menjelaskan kandungan yang berbeda-beda dari surat ini.2

Kini, kami harus mengatakan bahwa mayoritas pakar al-Quran menilai perbedaan dan tidak ada keserasian lahiriah dalam ayat-ayat al-Quran terkait erat dengan kekhususan bahasa al-Quran yang memiliki “sistem suci” yang berlaku berbeda dengan sistem rasional yang ada. Kami mengenal sebagian pakar yang ketika menghadapi isu ketidakserasian lahiriah ayat-ayat al-Quran berusaha menjawab masalah ini dengan mengingkarinya. Kelompok ini tidak sadar bahwa sekalipun kita menerima asumsi sebelumnya bahwa ketidakserasian lahiriah ayat-ayat al-Quran adalah sebuah kekhususan metode al-Quran, hal ini tidak menafikan keraguan terhadap al-Quran dan wahyu sebagai satu kesatuan, atau sederhananya, kedua masalah ini tidak melazimi yang lain. Kelompok ini seperti Arthur John Arbury yang meyakini bahwa fluktuasi tiba-tiba kandungan dan arti merupakan susunan alamiah al-Quran.

Baiklah, tapi dalam pembahasan ini kita mendapati betapa fluktuasi dan irama tidak ditemukan di seluruh al-Quran. Saat kita menemukan fluktuasi dan irama dalam ayat-ayat al-Quran hal itu menciptakan bentuk yang berbeda dari bahasa yang ada dan dampaknya adalah kita harus memahaminya dengan cara yang lain. Masalah keserasian ayat-ayat al-Quran dapat ditemukan di kebanyakan para pakar al-Quran muslim terdahulu. Jalaluddin al-Suyuthi dalam bukunya “Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul” di akhir ayat 88 surat Isra’ dengan gamblang dia menjelaskan masalah ini.3
By Ali Kazemi

Share this:

PENULIS

Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas

BERGABUNGDENGAN PERCAKAPAN

0 komentar:

Post a Comment

Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D