Memahami Diri dalam Wacana Psikologi (2)
Bagi
Lacan, proyek ini adalah mustahil. Ego tidak akan pernah bisa menggantikan
ketaksadaran, atau mengenyahkannya, atau mengendalikannya, karena, bagi Lacan,
Ego atau diri “Aku” hanyalah ilusi, suatu produk dari ketaksadaran itu sendiri.
Dalam psikoanalisis Lacanian, ketaksadaran adalah ranah dari seluruh kehidupan.
Sementara Freud tertarik menginvestigasi bagaimana anak yang suka membangkang
ternyata secara polimorfosa (polymorphous) membentuk ketaksadaran dan superego
serta menjadi orang dewasa yang beradab dan produktif (juga heteroseksual yang
normal), Lacan malahan tertarik menginvestigasi bagaimana bayi mendapatkan
ilusi yang kemudian disebut sebagai “diri”.
Esainya
yang membahas tentang Tahapan Cermin menggambarkan proses tersebut, serta
menunjukkan bagaimana bayi membentuk ilusi akan ego, akan diri sadar yang utuh
dan diidentifikasi dengan kata “Aku”.
Inti
dari konsepsi tentang manusia, dalam pandangan Lacan, adalah gagasan bahwa
ketaksadaran—yang mengatur seluruh faktor eksistensi manusia—terstruktur
seperti bahasa. Dia melandaskan pandangan ini pada uraian Freud tentang dua
mekanisme utama dari berbagai proses ketaksadaran, kondensasi dan pemindahan.
Di
sini Lacan mengikuti ide-ide yang telah disusun oleh Saussure, tetapi sedikit
memodifikasikannya. Sementara Saussure membicarakan tentang relasi antara
penanda dan petanda, yang membentuk tanda, dan menegaskan bahwa struktur bahasa
adalah relasi negatif di antara tanda-tanda (sebuah tanda menjadi tanda itu
sendiri karena ia bukanlah tanda yang lainnya), Lacan malah memfokuskan pada
relasi di antara penanda-penanda itu sendiri. Elemen-elemen dalam
ketaksadaran—keinginan, hasrat, citraan—kesemuanya membentuk penanda (dan
biasanya hal itu diungkapkan dalam hubungan verbal), dan penanda-penanda ini
membentuk suatu “rantai pertandaan”—satu penanda memiliki makna hanya karena ia
bukanlah penanda lainnya. Bagi Lacan, tak ada petanda; tak ada sesuatu yang
pada akhirnya dirujuk oleh penanda. Kalaupun ada, sehingga makna penanda khusus
mana pun akan relatif stabil, maka hal itu akan menjadi (dalam pandangan
Saussure) suatu relasi pertandaan antara penanda dan petanda, dan bahwa relasi
tersebut akan menciptakan atau menjamin semacam makna. Lacan mengatakan bahwa
relasi-relasi pertandaan tersebut tidaklah eksis (setidaknya, di ketaksadaran);
malahan, yang ada hanyalah relasi negatif, relasi nilai, di mana satu penanda
adalah penanda itu sendiri karena ia bukanlah penanda yang lain. bersambung
PENULIS
Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas
0 komentar:
Post a Comment
Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D