Hello

Welcome To My Blog

MISBAHUDDIN HASAN
Semoga Tulisan di Blog ini Bermanfaat Bagi Anda

Recent

Memahami Diri dalam Wacana Psikologi (1)

Pembehasan mengenai pembagian absolut antara ide dan ego, Sigmund Freud menawarkan gagasan tentang diri manusia. Oa menyakini bahwa dalam diri manusia ada dua dimensi yang saling berlawan yaitu kesadaran dan ketaksadaran. Baginya, tindakan, pemikiran, kepercayaan dan segala bentuk konsep tentang diri dibentuk oleh ketaksadaran dan berbagai macam dorongan dalam diri seperti hasrat. Berbeda halnya dengan pandangan para humanis barat secara umum mendefenisikan diri sebagai operasi kesadaran, seperti rasionalitas, kehendak bebas, dan swa-refleksi.

Seorang psikoanalisis Prancis, Jacques Lacan, awalnya ditraining sebagai seorang psikiatri, dan pada tahun 1930-an dan 40-an, dia bekerja menangani para pasien psikotik; lalu pada tahun 1950-an dia mulai mengembangkan pandangan psikoanalisisnya sendiri yang didasarkan pada berbagai gagasan yang diartikulasikan dalam antropologi dan linguistik strukturalis. Dapat dikatakan bahwa Lacan adalah (Freud + Saussure), dengan sedikit sentuhan Lévi-Strauss, dan bahkan sedikit bumbu Derrida dan Heidegger. Tapi, pengaruh utama atau pendahulunya adalah Freud. Lacan mereinterpretasikan Freud dengan menggunakan teori-teori strukturalis dan postrukturalis, mengalihkan psikoanalisis dari teori atau filsafat yang pada hakikatnya bersifat humanis menjadi teori atau filsafat psikoanalisis.

Salah satu premis dasar humanisme, sebagaimana sudah banyak dikenal, mengandaikan adanya sesuatu yang dianggap sebagai diri stabil, yang memiliki seluruh keunggulan seperti kehendak bebas dan swa-determinasi. Gagasan Freud tentang ketaksadaran merupakan salah satu gagasan yang mulai mempertanyakan, atau mendestabilisasikan, pandangan ideal tentang diri tersebut. Bisa dikatakan bahwa, dalam permasalahan tersebut, Freud merupakan salah satu pendahulu postrukturalis. Namun, Freud berharap bahwa dengan mencutakan muatan ketaksadaran ke dalam kesadaran, dia dapat meminimalisir represi dan neurosis—dia membuat deklarasi terkenal tentang hubungan antara ketaksadaran dan kesadaran, yang menyatakan bahwa “Wo Es War, Soll Ich Werden”: Di mana ada Id, di situ ada sang Aku (Ego). Dengan perkataan lain, “id” (ketaksadaran) akan digantikan oleh “Aku”, oleh kesadaran dan identitas-diri. Sasaran Freud adalah untuk memperkuat Ego, sang “Aku”, identitas rasional/sadar, sehingga ego akan menjadi lebih kuat daripada ketaksadaran. bersambung

Share this:

PENULIS

Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas

BERGABUNGDENGAN PERCAKAPAN

0 komentar:

Post a Comment

Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D