Hello

Welcome To My Blog

MISBAHUDDIN HASAN
Semoga Tulisan di Blog ini Bermanfaat Bagi Anda

Recent

Memahami Diri dalam Wacana Psikologi (12)

Jadi, ringkasnya, teori Lacan dimulai dengan ide tentang Yang Real; inilah penyatuan dengan tubuh ibu, yang merupakan state of nature, dan harus dipecahkan untuk membangun budaya. Sekalinya Anda bergerak keluar dari Yang Real, Anda tidak akan pernah kembali, tetapi Anda selalu menginginkannya. Inilah ide pertama tentang kehilangan atau kekurangan yang tidak dapat diperoleh kembali.
Berikutnya datanglah tahapan Cermin, yang membentuk Imajiner. Di sini Anda memahami ide tentang liyan dan mulai memahami Keliyanan sebagai prinsip atau konsep penstrukturan, dan kemudian mulai memformulasi gagasan tentang “diri”. “Diri” ini (sebagaimana terlihat di cermin) kenyataannya adalah liyan, tetapi Anda salah mengenalinya sebagai Anda, dan menyebutnya “diri”. (Atau, dalam non-teori bahasa, Anda melihat ke cermin dan mengatakan “hei, itulah aku.” Tetapi bukan—itu hanyalah citraan).
Pemahaman akan diri ini, dan relasinya dengan liyan dan Liyan, menyebabkan Anda mengambil posisi dalam tatanan Simbolik, dalam bahasa. Posisi semacam itu memungkinkan Anda berkata “Aku”, menjadi subjek yang berbicara. “Aku” (dan seluruh kata-kata lainnya) memiliki makna stabil karena mereka ditetapkan, atau dijangkarkan, oleh Liyan/Phallus/Nama-Sang-Ayah/Hukum, yang merupakan pusat dari Simbolik, pusat dari bahasa.
Dalam mengambil posisi di tataran Simbolik, Anda memasukinya melalui pintu keluar masuk yang ditandai secara gender; posisi bagi anak perempuan berbeda dari posisi untuk anak laki-laki. Anak laki-laki lebih dekat ke Phallus daripada anak perempuan, tetapi tak aa seorang yang telah menjadi atau memiliki phallus—itulah pusat. Posisi Anda di tataran Simbolik, seperti posisi seluruh elemen pertandaan lainnya (penanda-penanda) ditetapkan oleh Phallus; tak sama dengan ketaksadaran, rantai penanda-penanda di tataran Simbolik tidak bersirkulasi dan menggelincir tanpa henti karena Phallus membatasi permainan.
Secara paradoks—seolah-olah kesemuanya ini tidak cukup buruk—Phallus dan Yang Real benar-benar serupa. Keduanya merupakan tempat di mana benda-benda adalah utuh, lengkap, penuh, menyatu, di mana tak ada kekurangan, atau Kekurangan. Keduanya merupakan tempat yang tidak dapat diakses oleh manusia subjek-dalam-bahasa. Tapi keduanya pun saling bertentangan: Yang Real adalah maternal, ranah yang darinya kita muncul, sifat dasar yang kita harus berpisah darinya agar memiliki budaya; Phallus adalah ide tentag Sang Ayah, tatanan patriarkal dari budaya, ide ultima dari budaya, posisi yang mengatur segalanya di dunia.
*******
Lacan tidaklah menuliskan pemikirannya dalam bentuk tesis-tesis, karena dia sendiri lebih berupaya untuk memetakan bentuk dan isi ketaksadaran manusia. Pandangan tersebut berakar dari keyakinannya bahwa ketaksadaran itu “terstruktur seperti bahasa”, dan berbagai paparannya, seperti diuraikan di atas, mencoba mengejawantahkan aturan-aturan bahasa tersebut. Mengikuti konsepsinya tentang bahasa, hal itu berarti bahwa teks Lacan memainkan suatu ketergelinciran terus menerus serta penundaan makna yang dihasilkan oleh substitusi dan pemindahan yang tak terelakkan dari penanda-penanda. Karenanya, permukaan dari teks Lacan merupakan bagian dari produksi teoretisnya, dan tidak dapat direduksi menjadi tesis-tesis tanpa berakibat akan kehilangan hal yang esensial dari teorinya. Bagaimanapun, justru reduksi teori Lacan menjadi tesis-tesis merupakan suatu penilai esensial sains, yang terkadang diinginkan oleh Lacan sendiri. tamat

Share this:

PENULIS

Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas

BERGABUNGDENGAN PERCAKAPAN

0 komentar:

Post a Comment

Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D