Hello

Welcome To My Blog

MISBAHUDDIN HASAN
Semoga Tulisan di Blog ini Bermanfaat Bagi Anda

Recent

Memahami Diri dalam Wacana Psikologi (4)

Seperti juga Freud, bayi menurut Lacan memulai sebagai sesuatu yang tak dapat dipisahkan dari ibunya; tak ada perbedaan antara diri dan liyan (other), antara bayi dan ibu (setidaknya, dari perspektif bayi). Kenyataannya, bayi (baik menurut Freud maupun Lacan) merupakan sejenis gumpalan, tanpa pemahaman akan diri atau identitas yang terindividuasi, dan bahkan tanpa pemahaman akan tubuhnya sebagai satu kesatuan yang koheren. Gumpalan-bayi ini dikendalikan oleh kebutuhan; ia butuh makanan, ia butuh kenyamanan maupun keamanan, ia butuh untuk berubah, dan seterusnya.

Kebutuhan-kebutuhan dapat dipuaskan, dan bisa terpuaskan oleh objek. Ketika bayi butuh makanan, ia mendapatkan payudara (atau botol); ketika ia butuh keamanan, ia mendapatkan pelukan. Bayi, dalam keadaan kebutuhan ini, tidak mengenali perbedaan apa pun antara dirinya sendiri dan objek yang berhadapan dengan kebutuhannya; ia tidak mengenali bahwa sebuah objek (seperti payudara) merupakan bagian dari oknum utuh lainnya (karena ia belum lagi memiliki konsep apa pun tentang “person utuh”). Tak ada perbedaan antara bayi dengan siapa pun atau apa pun yang lainnya; hanya ada kebutuhan dan benda yang memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Inilah keadaan “alami”, yang harus dipecahkan agar budaya terbentuk. Baik rumusan psikoanalisis Freud dan Lacan menyatakan bahwa bayi harus berpisah dari ibunya, membentuk identitas yang terpisah, agar bisa masuk ke dalam peradaban. Pemisahan tersebut menyertakan semacam kehilangan; ketika bayi mengetahui perbedaan antara dirinya dan ibunya, dan mulai menjadi makhluk yang terindividuasi, bayi kehilangan rasa penyatuan primal (dan keamanan) yang tadinya dia miliki. Inilah elemen ketragisan yang dibangun dalam teori psikoanalisis (baik Freudian maupun Lacanian): menjadi seorang “dewasa” yang beradab selalu menyertakan kehilangan besar akan penyatuan awal, suatu non-diferensiasi, suatu penggabungan dengan yang lainnya (khususnya ibu).

Menurut Lacan, bayi yang belum lagi membuat pemisahan ini—yang hanya memiliki satu-satunya kebutuhan yang dapat dipuaskan, dan yang tidak membuat perbedaan antara dirinya dengan objek yang memuaskan kebutuhannya—eksis di wilayah Yang Real. Yang Real adalah tempat (suatu tempat psikis, bukan tempat fisikal) yang disanalah terdapat penyatuan asal ini. Karena itulah, tak ada ketiadaan (absence) atau kehilangan atau kekurangan; Yang Real adalah seluruh kepenuhan dan kelengkapan, yang di dalamnya tak ada kebutuhan yang tidak dapat dipuaskan. Dan karena tak ada ketiadaan atau kehilangan atau kekurangan, tak ada pula bahasa dalam tahapan Yang Real.
bersambung

Share this:

PENULIS

Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas

BERGABUNGDENGAN PERCAKAPAN

0 komentar:

Post a Comment

Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D