Hello

Welcome To My Blog

MISBAHUDDIN HASAN
Semoga Tulisan di Blog ini Bermanfaat Bagi Anda

Recent

Teologi: Kalam Tuhan 1

Para penganut agama-agama samawi meyakini bahwa Allah memiliki kalam dan berbicara. Dan berbicara adalah salah satu dari sifat Allah. Mereka meyakini bahwa Allah berbicara dengan para nabi dan dengan perantaraan para nabi itu Allah menyampaikan dan menurunkan perintah serta larangan-Nya. Tidak ada keraguan dalam hal ini, yang menjadi pembahasan ialah  apakah kalam Ilahi itu bersifat hadis (sesuatu yang tercipta) atau qadim (bersifat azali)?
Pembahasan mengenai qadim atau hadisnya kalam Ilahi merupakan salah satu pembahasan teologi di awal terbitnya agama Islam dan juga merupakan pembahasan teologi yang dipandang paling rumit dan selalu menjadi pembahasan dalam sepanjang sejarah Islam. Pembahasan ini tidak hanya dibahas oleh umat islam, tetapi juga telah dikaji sebelumnya oleh para penganut agama Kristen.
Dengan melihat relasi antara umat Islam dan umat Kristen bisa kita perkirakan terjalin keterikatan saling mempengaruhi dalam masalah akidah dimana hal ini bisa dibuktikan dengan merujuk kepada kitab-kitab sejarah dan kitab-kitab teologi.
Sebenarnya pembahasan apakah kalam Ilahi itu bersifat qadim atau hadis terdapat banyak pendapat dan akan kami sebutkan sebagai berikut:
1. Mazhab Hanbali
Pengikut Ahmad bin Hanbal memandang bahwa kalam Ilahi itu berasal dari suara dan huruf yang ada dalam zat Allah Swt dan termasuk qadim. Sampai-sampai sebagian dari mereka meyakini secara ekstirm bahwa jilid dan pembungkus kitab al-Quran itu pun termasuk qadim. Untuk membuktikan pendapatnya, mereka mengemukakan dalil sebagai berikut:

"Pertama bahwa zat Allah itu qadim, dan kedua adalah bahwa kalam itu sebagai sifat Allah, sifat bagi zat yang qadim harus juga qadim karena apabila sifat bagi zat qadim itu adalah hadis (baru-tercipta) maka akan menyebabkan perubahan pada zat qadim tersebut dan perubahan pada zat Allah adalah mustahil. Oleh karena itu, kalam Ilahi yang merupakan sifat Allah adalah qadim."[1]
Untuk menjawab pandangan Mazhab Hanbali ini kita bisa mengatakan bahwa tidak ada keraguan bahwa Allah itu Mutakallim (subyek yang berbicara), tetapi makna ke-berbicara-an adalah yang darinya tercipta suatu kalam atau ucapan dan bukan yang senantiasa melakukan perbuatan berbicara itu.
Allah memiliki sifat berbicara dan bukan memiliki sifat kalam atau bicara. Kalam, bicara, ucapan, dan firman adalah sesuatu yang baru (hadis).  Dan zat Allah Swt yang memiliki sifat berbicara bukan bermakna bahwa zat itu yang menjadi sumber dan asal bagi bicara, kalam, firman, dan ucapan sehingga dipandang sebagai hal yang qadim.
Qadhi 'Adhiduddin mengatakan bahwa secara jelas bahwa akidah Hanbali mengenai hal itu adalah batil. Beliau menulis sebagai berikut, "kalam adalah sebuah eksistensi gradual yang antara satu huruf dengan huruf yang lain tercipta  saling kebergantungan dan hal itu berarti hadis, kalam yang tersusun dari peristiwa tersebut maka pasti juga bersifat baru. Kalam adalah sebuah eksistensi yang berawal dan berakhir, oleh karena itu ia bersifat baru."[2] (bersambung)


[1] Syarh al-Mawaqif, jilid 8,Hal. 92. Shirat al-Haq, jilid 1, hal. 294
[2] Syaarh al Muwaqif, jilid 8, hal. 92

Share this:

PENULIS

Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas

BERGABUNGDENGAN PERCAKAPAN

0 komentar:

Post a Comment

Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D