Ide Tentang Keabadian
Dalam al-Quran suci,
ketika berbicara mengenai manusia, Allah Swt berfirman : "Sungguh manusia
diciptakan senantiasa berkelukesah" (QS. 70:19). Alasan bagi keadaan
setiap manusia yang berkelukesah, tidak merasa puas dan kecemasan yang
dihadapinya terus-menerus ini adalah karena Allah telah menempatkan dalam hati
manusia suatu ide tentang keabadian, tentang kemutlakan. Mungkin manusia tidak
dapat menangkap artinya secara utuh tetapi ia senantiasa ada sebagai suatu getaran
dalam wujudnya. Dan sepanjang ide ini mewujud tanpa di sadari dan tanpa suatu
jalan keluar dia tidak akan dapat memperoleh keadaan puas dan cukup.
Manusia senantiasa
mengharapkan suatu keuntungan untuk dirinya sendiri, dia senantiasa ingin
memperoleh lebih dan lebih …. lebih kaya, lebih berkuasa, lebih senang … adalah
hasil dari getaran terhadap keabadian, terhadap kemutlakan. Ini mewakili sebuah
jenis penyimpangan dari nafsu yang ada dalam diri setiap manusia, untuk
bergerak kepada Allah, yang mencukupi segala yang ada. Tetapi tanpa
"Taqwaa", tanpa perhatian pada sebuah kesadaran Ilahi, ide keabadian
ini yang tertanam dalam hati manusia dapat menuntunnya kepada suatu tuntutan
untuk mendapatkan segala sesuatu yang salah dan menyalahi aturan Ilahi yang telah
digariskan-Nya.
Nabi yang paling mulia
Saww. (semoga Allah senatiasa merahmatinya) telah memberikan perbandingan
antara hati manusia dengan selembar bulu yang terombang-ambing kesana kemari
oleh tiupan angin dan sinar yang menyilaukan, Beliau membicarakan tentang hati
yang tidak tertuntun, dari manusia yang tidak mempunyai petunjuk yang benar.
Manusia yang berkeluh-kesah dan cemas karena hatinya mengharapkan keabadian dan
dengan demikian tidak akan pernah terpuaskan dengan hal-hal yang bersifat
sementara. Bagaimanapun tanpa tuntunan Ilahiyyah keluh-kesah ini menjadi tidak
terarah sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'an,"… dia mengikuti nafsunya
sendiri dan condong kepada dunia." Sehingga hati manusia itu seperti
karang.
Al-Qur'an menyatakan
bahwa ia diturunkan ke dalam hati nabi sebagai penuntun bagi segenap umat
manusia dan bahwa Nabi Saww., adalah orang yang hatinya benar-benar sempurna
menghayati al-Qur'an secara sempurna dan mendalam dan merupakan suatu rahmat
bagi semua umat manusia,. Ini dikarenakan, melalui beliau, melalui al-Qur'an
dan contohnya, umat manusia diberikan tuntunan arah yang benar dan mendapatkan
cetak biru terakhir (gambaran yang utuh) akan kesempurnaan manusia. Dengan
adanya al-Qur'an sebagai mukjisat Nabi Saww yang kita bisa lihat sekarang ini.
Beliau datang untuk
memberikan arahan secara terus-menerus kepada ide tentang keabadian, ini yang
secara alami terdapat dalam hati manusia tetapi dapat menggelincirkan manusia
kepada "jahiliyyah" (akal yang tidak mendapat petunjuk dan lalai) bukannya
kepada Allah jika hal ini tidak diberikan arah yang benar. Dengan demikian,
Islam adalah bukanlah sebuah sistem yang tunduk kepada kehidupan, seperti
sebuah jaket pelindung, tetapi Islam adalah hidup itu sendiri, diarahkan dengan
dituntun dan diberi makna secara terus menerus menuju arah (qiblat) yang benar.
Dan ini adalah tugas Nabi suci saww. Untuk mengembalikan hati manusia menuju
kiblat yang sejati.
Al-Qur'an
menggambarkan Islam sebagai perluasan dari hati (suatu perluasan dari dada
manusia). Maka inilah Islam (ketundukan) kepada kehendak Allah yang merubah
hati. Ini adalah kerangka kerja dari ketundukan yang mengembalikan kecondongan
hati menjauh dari duniawi kepada Allah, dan ang menyiapkan arah bagi ide
keabadian yang berada dalam diri manusia. Akan hari kebangkitan yang abadi.
Kerangka kerja
menuntun hati dan hati menggerakkan manusia kepada aktivitas. Tanpa adanya
suatu ketundukan ini untuk menggerakkannya, agama adalah hanya merupakan suatu
ritual belaka. Ini adalah sebab mengapa pernyataan niat dengan sadar sebelum
melakukan kegiatan ritual apapun adalah sangat penting dalam Islam dan sangat
dianjurkan melakukan dengan niat yang baik dan benar. Setiap pernyataan niat
setara dengan keyakinan aqidah ketundukan dan bahkan sekali ini terlaksana maka
akan menyediakan suatu ritual sebagai dasar untuk melatih diri secara umum dan
aktivitas yang kuat merupakan dasar dari suatu penyelesaian keyakinan.
Nabi yang paling mulia
Saww. (semoga Allah senatiasa merahmatinya) adalah media perantara yang mana di
dalam Islam Nabi Saww. telah menyatakan dirinya sebagai Nabi terakhir. Nabi Saww adalah media
perantara untuk membangun sebuah masyarakat yang patuh kepada Allah Swt. Dan akhirnya, Nabi
Saww. merupakan contoh di dalam spiritual dan inspirasi akhlak, dan kelanjutan
dari inspirasi tersebut adalah perjuangan untuk merubah seluruh manusia -
kecenderungan untuk merubah pada hati manusia. Keadaan seperti ini
merupakan kepercayaan kepada Allah pada diri Nabi Saww, dan ini, dalam
keyakinan penuh beliau, Nabi Saww. merupakan wakil Tuhan di Dunia.[]
Penulis: Irshaad Husain
_______________
PENULIS
Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas
Salah satu buku yg perna sya baca menjelaskan bahwa manusia adalah satu dari sekian banyak ciptaan yg paling unggul.
ReplyDeletememang betul bang!!
ReplyDelete