Manusia dalam Pandangan Psikologi
Pada bagian
pertama, kita telah memahami bahwa ada tiga kekuatan dalam kajian psikologi. Kekuatan
pertama psikoanalisis, kekuatan kedua behaviorisme, dan kekuatan ketiga adalah
psikologi humanistik.
Paham behaviorisme
menyakini bahwa manusia tidak ubahnya seperti robot yang dibentuk oleh
lingkungan. Sedang psikoanalisis memandang bahwa manusia dipengaruhi oleh
nalurinya. Dalam pandangan behaviorisme, manusia
adalah robot tanpa jiwa, tanpa nilai. Dalam psikoanalisis, seperti kata Freud
sendiri,"We see a man as a savage beast…" Baik psikoanalisis maupun
behaviorisme tidak menghormati manusia sebagai manusia. Keduanya tidak dapat
menjelaskan aspek eksistensi manusia yang positif dan menentukan seperti cinta,
kreativitas, nilai, makna, dan pertumbuhan pribadi. Inilah yang diisi oleh
psikologi humanistik.
Psikologi humanistik mengambil
banyak dari psikoanalisis Neo-Freudian (sebenarnya Anti-Freudian) seperti
Adler, Jung, Rank, Slekel, Ferenczi, tetapi lebih banyak lagi mengambil dari
fenomenologi dan eksistensialisme. Fenomenologi memandang manusia hidup dalam
"dunia kehidupan" yang dipersepsi dan diinterpretasi secara
subyektif. Setiap orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. "Alam pengalaman
setiap orang berbeda dari alam pengalaman orang lain," kata Brouwer
(1983). Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers yang boleh
disebut Bapak Psikologi Humanistik.
Dalam pandangan eksistensialisme, manusia hanya tumbuh dengan baik dalam hubungan pribadi dengan pribadi, bukan pribadi dengan benda…subyek dengan subyek, bukan subyek dengan obyek. Di sinilah faktor orang lain menjadi penting, bagaimana reaksi mereka membentuk bukan saja konsep diri kita, tetapi juga pemuasan…apa yang disebut oleh Abraham Maslow sebagai "growth needs". Eksistensialisme menekankan pentingnya kewajiban individu pada sesama manusia. Yang paling penting bukan apa yang didapat dari kehidupan, tetapi apa yang dapat kita berikan untuk kehidupan. Hidup kita baru bermakna hanya apabila melibatkan nilai-nilai dan pilihan yang konstruktif secara sosial.
Perhatian pada makna kehidupan
adalah juga hal yang membedakan psikologi humanistik dari mahzab lainnya.
Manusia bukan saja pelakon dalam panggung masyarakat, bukan saja pencari
identitas, tetapi juga pencari makna. Freud pernah berkirim surat pada Princess
Bonaparte dan menulis bahwa pada saat manusia bertanya apa makna dan nilai
kehidupan, pada saat itulah ia sakit. Itu tidak benar, manusia justru menjadi
manusia ketika mempertanyakan apakah hidupnya bermakna. Viktor E. Frankle
(1967) berkhotbah," Saya pikir sudah saatnyalah kita mengakui kenyataan
bahwa manusia bukan sekedar mekanisme atau hasil proses pelaziman, mengakui
kemanusiaan manusia, mengakui bahwa manusia adalah wujud yang selalu mencari
makna, dan bahwa hatinya selalu resah sebelum menemukan makna dalam
hidupnya."
Khotbah Frankle menyimpulkan
asumsi-asumsi psikologi humanistik, yaitu: keunikan manusia, pentingnya nilai
dan makna, serta kemampuan manusia untuk mengembangkan diri. Untuk
penjelasannya, coba simak penjabaran asumsi-asumsi ini dalam pandangan Carl
Rogers di bawah ini.
Secara garis besar, konsepsi manusia
dalam pandangan Humanisme menurut Carl Rogers adalah sebagai berikut:
- Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi di mana sang Aku, Ku, atau Diriku (the I, Me, or Myself) menjadi pusat. Perilaku manusia berpusat pada 'konsep diri', yaitu persepsi manusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah, yang muncul dari suatu medan fenomenal… medan keseluruhan pengalaman subyektif seorang manusia yang terdiri dari pengalaman-pengalaman Aku dan Ku dan pengalaman yang "bukan Aku".
- Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan diri.
- Individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya. Ia bereaksi pada "realitas" seperti yang dipersepsikan olehnya dan dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya.
- Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri berupa penyempitan dan pengkakuan (rigidification) persepsi dan perilaku penyesuaian serta penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi.
- Kecenderungan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kondisi yang normal ia berperilaku rasional dan konstruktif serta memilih jalan menuju pengembangan dan aktualisasi diri.
PENULIS
Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas
0 komentar:
Post a Comment
Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D