Teologi: Kalam Tuhan 4
Sebuah
Kritikan dan jawaban
Kritikan
pertama: Anda mengatakan
bahwa jika iradah dan kodrat Ilahi itu hadis ketika menciptakan suara dan
huruf-huruf maka konsekuensinya adalah zat Allah Swt menjadi tempat terjadinya
sesuatu yang hadis, sementara hal ini telah dibuktikan tidak benar dan batil.
Dan jika iradah dan kodrat Allah itu qadim maka keniscayaannya adalah kalam itu
juga qadim, karena berbedanya akibat dari sebab adalah sesuatu yang batil.
Jawaban: Bisa dikatakan bahwa sumber kalam
Ilahi yaitu iradah dan kodrat adalah zat Allah itu sendiri dan qadim, akan
tetapi, sesuatu yang satu, yang menciptakan hal-hal hadis sangat berkaitan
dengan sebab dan akibat, kondisi dan lingkungan yang mendukung serta
syara-syarat lain yang diperlukan sepanjang zaman. Dalam sepanjang sejarah,
setiap kali dianggap perlu mengutus nabi dan ada seseorang manusia memiliki
potensi untuk mendengar kalam Ilahi, maka iradah Allah akan terkait dengan
penciptaan suara dan huruf-huruf, dan dengan perantaraan inilah Allah
menyampaikan wahyu-Nya dan menyerahkan sepenuhnya kepada nabi-Nya tersebut.
Kritikan
kedua: Jika kalam Ilahi
adalah suara dan huruf-huruf ini dan tersusun seperti kata-kata manusia, maka
seharusnya orang yang ada di sekitar para nabi pun mendengar suara Allah Swt
ketika Allah berdialog dengan nabi-Nya, sementara menurut kesaksian sejarah hal
tersebut tidak pernah terjadi. Keluarga Rassulullah serta para sahabat ketika
turun wahyu hanya menyaksikan tanda-tanda wahyu itu, akan tetapi tidak
mendengar kalam Ilahi.
Kritikan
ketiga: Sebelumnya dalam
definisi wahyu telah disebutkan bahwa makna wahyu adalah cepat dalam
perilhamannya, tersembunyi dari yang lain dan bersifat rahasia. Jika kalam
Ilahi adalah suara dan huruf-huruf maka tidak memiliki kedua syarat tersebut.
Maka dari itu definisi wahyu tidak benar, oleh karena itu keyakinan Muktazilah
dan Imamiah dalam masalah kalam Ilahi itu memiliki problem dan tidak jelas.
Aliran Jabaiyyah
dan Bahsyamiyyah mengatakan: Allah sebagai Mutakallim yakni Dia menciptakan
kalam pada sebuah tempat. Hakikat kalam menurut mereka adalah suara dan
huruf-huruf yang sistematik dan Sang Mutakallim adalah yang menciptakan kalam
dan bahwa kalam itu tidak menyatu dan tidak eksis pada diri-Nya.[1]
(bersambung)
PENULIS
Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas
0 komentar:
Post a Comment
Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D