Hello

Welcome To My Blog

MISBAHUDDIN HASAN
Semoga Tulisan di Blog ini Bermanfaat Bagi Anda

Recent

Teologi: Kalam Tuhan 4

Sebuah Kritikan dan jawaban

Kritikan pertama: Anda mengatakan bahwa jika iradah dan kodrat Ilahi itu hadis ketika menciptakan suara dan huruf-huruf maka konsekuensinya adalah zat Allah Swt menjadi tempat terjadinya sesuatu yang hadis, sementara hal ini telah dibuktikan tidak benar dan batil. Dan jika iradah dan kodrat Allah itu qadim maka keniscayaannya adalah kalam itu juga qadim, karena berbedanya akibat dari sebab adalah sesuatu yang batil.

Jawaban: Bisa dikatakan bahwa sumber kalam Ilahi yaitu iradah dan kodrat adalah zat Allah itu sendiri dan qadim, akan tetapi, sesuatu yang satu, yang menciptakan hal-hal hadis sangat berkaitan dengan sebab dan akibat, kondisi dan lingkungan yang mendukung serta syara-syarat lain yang diperlukan sepanjang zaman. Dalam sepanjang sejarah, setiap kali dianggap perlu mengutus nabi dan ada seseorang manusia memiliki potensi untuk mendengar kalam Ilahi, maka iradah Allah akan terkait dengan penciptaan suara dan huruf-huruf, dan dengan perantaraan inilah Allah menyampaikan wahyu-Nya dan menyerahkan sepenuhnya kepada nabi-Nya tersebut.

Kritikan kedua: Jika kalam Ilahi adalah suara dan huruf-huruf ini dan tersusun seperti kata-kata manusia, maka seharusnya orang yang ada di sekitar para nabi pun mendengar suara Allah Swt ketika Allah berdialog dengan nabi-Nya, sementara menurut kesaksian sejarah hal tersebut tidak pernah terjadi. Keluarga Rassulullah serta para sahabat ketika turun wahyu hanya menyaksikan tanda-tanda wahyu itu, akan tetapi tidak mendengar kalam Ilahi.

Kritikan ketiga: Sebelumnya dalam definisi wahyu telah disebutkan bahwa  makna wahyu adalah cepat dalam perilhamannya, tersembunyi dari yang lain dan bersifat rahasia. Jika kalam Ilahi adalah suara dan huruf-huruf maka tidak memiliki kedua syarat tersebut. Maka dari itu definisi wahyu tidak benar, oleh karena itu keyakinan Muktazilah dan Imamiah dalam masalah kalam Ilahi itu memiliki problem dan tidak jelas.
Aliran Jabaiyyah dan Bahsyamiyyah mengatakan: Allah sebagai Mutakallim yakni Dia menciptakan kalam pada sebuah tempat. Hakikat kalam menurut mereka adalah suara  dan huruf-huruf yang sistematik dan Sang Mutakallim adalah yang menciptakan kalam dan bahwa kalam itu tidak menyatu dan tidak eksis pada diri-Nya.[1] (bersambung)


[1] Al-Milal wa al-Nihal, jilid 1, hal. 80

Share this:

PENULIS

Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas

BERGABUNGDENGAN PERCAKAPAN

0 komentar:

Post a Comment

Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D