Teologi: Kalam Tuhan 5
Pada pembahasan sebelumnya, kita telah membahas beberapa aliran yang
memiliki pandangan berbeda seputar kalam tuhan. Pada bagian ini, kita akan
membahas pandangan beberapa tokoh yaitu:
Pandangan
Mu'ammar bin Ubbad dan Sebagian Ilmuwan Kristen.
Sekelompok orang
berpendapat bahwa Allah tidak memiliki kalam dan al-Quran bukan perbuatan
Tuhan, akan tetapi perbuatan suatu benda yang menerima kalam tersebut. Muammar
bin Ubbad meyakini bahwa Allah pencipta benda-benda yang substansial dan
sesuatu yang aksidental itu merupakan hasil perbuatan dari benda substansial.
Oleh karena itu, al-Quran dan kalam karena merupakan hal-hal yang aksidental,
maka tidak bisa dikatakan sebagai perbuatan Allah, karena Allah bukan benda
yang substansial.
Syahrestany menukil
dari Muammar sebagai berikut: "Allah tidak menciptakan sesuatu selain
benda, sementara hal-hal yang aksidental adalah hasil ciptaan benda, baik
ciptaan itu secara alamiah dan natural seperti api menghasilkan kekuatan
membakar dan matahari menciptakan panas, ataukah dengan iradah dan ikhtiar
seperti hewan menciptakan gerak dan diam. "
Syahrestani melanjutkan sebagai berikut: Inti perkataan Mu’ammar bin Ubbad adalah Allah sama sekali tidak memiliki kalam karena kalam itu adalah suatu yang aksidental, dan apabila tidak memiliki kalam maka Dia tidak memiliki perintah dan larangan, dan jika perintah dan larangan tidak ada maka syariat pun tidak ada."[1]
Syahrestani melanjutkan sebagai berikut: Inti perkataan Mu’ammar bin Ubbad adalah Allah sama sekali tidak memiliki kalam karena kalam itu adalah suatu yang aksidental, dan apabila tidak memiliki kalam maka Dia tidak memiliki perintah dan larangan, dan jika perintah dan larangan tidak ada maka syariat pun tidak ada."[1]
Abu al Hasan al
Asyari menulis, "Pendukung mazhab Muammar meyakini bahwa al-Quran itu
adalah sesuatu yang aksidental, dan hal-hal yang aksidental dalam pandangan
mereka terbagi dua, sebagian merupakan hasil perbuatan dari sesuatu yang
memiliki ruh dan sebagian yang lain merupakan hasil perbuatan dari sesuatu yang
tidak memiliki ruh, dan hasil perbuatan dari sesuatu yang tidak memiliki ruh
tidak bisa berubah menjadi hasil perbuatan dari sesuatu yang memiliki ruh.
Al-Quran adalah
sesuatu yang aksidental, dan mustahil Allah menciptakan dan menurunkan
al-Quran. Karena menurut mereka, mustahil sesuatu yang aksidental itu terlahir
dari perbuatan Allah. Mereka mengatakan bahwa al-Quran adalah terwujud dari
suatu tempat yang memancarkan kalam itu. Jika dari pohon terdengar suatu kalam
maka kalam itu merupakan hasil perbuatan dari pohon tersebut, dan di mana saja
kalam itu terdengar maka itu merupakan hasil perbuatan tempat tersebut.[2]
Dalam catatan
Rawandi dan Khayaat tertulis: "Mu’ammar meyakini bahwa al-Quran bukan
hasil perbuatan Allah, dan bukan sifat Tuhan, akan tetapi suatu kejadian yang
hadir secara alamiah dan natural.[3]
Penulis kitab Falsafay-e
Ilm-e Kalam menulis sebagai berikut, "Dengan mengumpulkan seluruh catatan
yang bertebaran kita dapat menyimpulkan pendapat Mu’ammar sebagai berikut:
"Kalam Ilahi bukanlah sifat yang menyatu pada zat Allah sebagaimana
keyakinan Sunni, dan bukan sesuatu yang ada di lauh al mahfudz
sebagaimana yang digambarkan oleh Muktazilah sertan bukan sebagaimana yang
dikatakan Nizzam, tetapi kalam tercipta dengan perantaraan sebagian benda
dimana Allah secara khusus menciptakan benda itu supaya mengeluarkan suara. Dan
dengan suara itulah wahyu Allah disampaikan ke umat manusia, benda-benda
tersebut memiliki bentuk khusus dan istimewa yang diciptakan Allah secara
khusus untuk menyampaikan kalam Allah kepada umat manusia, seperti pohon yang
menjadi mediator Allah dalam berdialog dengan Nabi Musa As, demikian pula para
nabi termasuk Nabi Muhammad saw berdialog dengan Allah melalui perantaraan
benda tersebut yang dalam bentuk manusia.
Dengan demikian,
Allah hanya menciptakan secara langsung benda seperti pohon dan badan para
nabi, mereka diciptakan secara khusus sedemikian rupa sehingga bisa
mengeluarkan kalam secara majazi yang disebut kalam Allah. Akan tetapi,
perbuatan menciptakan kalam itu terjadi secara alamiah, demikian pula halnya
dengan fenomena pohon bagi Nabi Musa As, ataukah dengan hasil ikhtiar dari
mayoritas para nabi. Oleh karena itu, al-Quran merupakan hasil karya
manusia. Karya ini memiliki unsur Ilahiah karena nabi yang menciptakannya
dengan bekal kemampuan yang bersumber dari sisi Allah Swt, dan Allah
menciptakan para nabi sebagai wakil dan perpanjangan tangan dari iradah
Allah."[4]
Pandangan tersebut
juga diyakini oleh sebagian ilmuwan kristen sebagaimana dikutip, "Dalam naskah tercatat bahwa wahyu asli adalah Masehi itu
sendiri, kalimat Allah dalam bentuk manusia, kitab suci hanyalah kitab tulisan
tangan manusia yang menjadi saksi atas hakikat wahyu tersebut. Perbuatan
Allah dalam eksistensi masehi dan kitab suci hadir dengan perantaraan masehi,
dan kitab suci itu tidak hadir dengan cara pendiktean langsung dari Allah."[5]
Di tempat lain
tercatat: "Allah menurunkan wahyu bukan dengan mendiktekan sebuah kitab
yang terjaga dari segala bentuk penyelewengan dan kesalahan, akan tetapi hadir
dari kehidupan Masehi, seluruh nabi, dan bani Israel, dalam hal ini kitab suci
bukanlah wahyu langsung dari Tuhan, akan tetapi hasil dari kesaksian manusia
sebagai refleksi atas wahyu dan terkait dengan pengalaman batin manusia."[6]
Kesimpulan dari
kajian di atas adalah al-Quran dan seluruh kitab suci samawi bukan ciptaan
Tuhan, akan tetapi hasil perbuatan para nabi dimana Allah menciptakan wujud
mereka dalam kondisi yang istimewa sedemikian sehingga mampu menyampaikan
tujuan, iradah, maksud dan penjelasan Allah Swt, dan dengan jalan inilah mereka
menisbahkan kitab suci itu kepada Allah Swt yang berisi perintah, larangan,
berita dan membawa kabar gembira.
Argumentasi akidah
mereka sama dengan argumentasi Mu’ammar bin Ubbad sebagai berikut: karena kalam
Ilahi adalah sesuatu yang aksidental dan Tuhan hanya menciptakan benda yang
nonaksidental, maka kalam itu bukan perbuatan Tuhan, akan tetapi perbuatan
manusia atau kalam tersebut bersumber dari suatu tempat tertentu.
Konsekuensi dari
pendapat ini adalah menginkari wahyu dan ke-berbicara-an Tuhan, bahkan akidah
tersebut bertentangan dengan fondasi dasar agama-agama samawi,
kontradiksi dengan nash-nash yang ada dalam al-Quran al-Karim. Dalam al-Quran
al-Karim banyak sekali ayat yang menyinggung masalah ke-berbicara-an
Tuhan, sebagai contoh, "Rasul-rasul itu kami lebihkan sebagian atas
sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung
dengan dia)." (Qs. Al-Baqarah: 253)
Dalam ayat lain
Allah berfirman, "Dan (kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh
telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu. Dan rasul-rasul yang tidak
kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Nabi
Musa As dengan langsung." (Qs. Al-Nisa':164)
Ayat selanjutnya, "Dan
tidak mungkin bagi seseorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia
kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakan tabir atau dengan mengutus
seorang utusan malaikat lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang
dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana." (Qs.
Syura: 51)
Di samping itu
dalam beberapa ayat djelaskan bahwa al-Quran dan kitab datang dari Allah
Swt sebagai contoh, "Dia menurunkan al-Kitab (al-Quran) kepadamu dengan
sebenarnya membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan
taurat dan injil." (Qs. Ali Imran: 3)
Dalam ayat lain
disebutkan, "Dan ingatlah Ketika Kami berikan kepada Musa al-Kitab
(taurat) dan al-Furqan (keterangan yang membedakan antara haq dan batil) agar
supaya kamu sekalian mendapat petunjuk". (Qs. Al-Baqarah: 53)
Allah berfirman, "Maka
apakah mereka tidak memperhatikan al quran kalau kiranya al quranitu bukan dari
sisi allah tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di
dalamnya". (Qs. Al-Nisa': 82)
Allah berfirman, "Dan al-Quran itu diwahyukan kepadaku supaya dengan dia aku
memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai al-Quran
kepadanya". (Qs.
Al-An'am: 19)
Allah berfirman, "Dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu yaitu al-Kitab
(al-Quran) itulah yang benar, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya." (Qs. Fathir : 31)
Allah berfirman, "Dan
sesungguhnya kamu benar-benar di beri al-Quran dari sisi Allah yang Maha
Bijaksana dan Maha Mengetahui". (Qs. An-Namal: 6)
Dari ayat-ayat yang
telah kami sebutkan dan puluhan ayat lain dapat disimpulkan bahwa Allah
berdiallog dengan para nabi dan mengirimkan wahyu untuk hamba-Nya, al- Quran
sebagai kalam Ilahi dan datang dari sisi Allah, perintah dan larangan dari sisi
Allah, semua ini merupakan perbuatan dan ciptaan-Nya. Dan pembahasan ini
termasuk salah satu dari fondasi dasar agama Islam.
Untuk menjawab
argumentasi Mu'ammar bin Ubbad kita katakan bahwa sebagaimana Allah Swt sebagai
pencipta benda-benda, Dia juga memiliki kemampuan dan kekuasaan menciptakan
huruf-huruf dan suara tanpa membutuhkan alat lidah dan tempat keluarnya huruf (makharaij
al-huruf). Manusia dengan perantaraan mulut dan gerak lidah bisa
menciptakan gelombang suara dalam bentuk huruf dan kata-kata yang menunjukkan
pada makna khusus. Allah Swt mampu menciptakan gerak dan gelombang suaru tanpa
melalui perantaraan alat jasmani.
Oleh karena itu,
kalam dan perbuatan berbicara yang dinisbahkan kepada Allah adalah bersifat
hakiki dan al-Quran adalah kalam ciptaan Allah Swt. Sebaliknya, penggunaan kata
"kalimah" pada Nabi Isa As dalam al-Quran itu bersifat majazi sebagai
berikut, "Sesungguhnya al Masih Isa putra Maryam itu adalah utusan
Allah dan kalimatNya." (Qs. Al-Nisa' :171)
Pada penutup ini,
kami perlu garis bawahi satu hal bahwa sekalipun Allah itu sebagai Mutakallim
yakni terlahirnya kalam dari-Nya dan termasuk fondasi keyakinan dasar agama,
akan tetapi mekanisme dan tatacara turunnya ayat-ayat al-Quran adalah persoalan
yang belum jelas dan termasuk salah satu tema pembahasan wahyu yang paling
rumit. (Selesai)
PENULIS
Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas
0 komentar:
Post a Comment
Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D