Hello

Welcome To My Blog

MISBAHUDDIN HASAN
Semoga Tulisan di Blog ini Bermanfaat Bagi Anda

Recent

Aliran-aliran Hermeneutika

Perbedaan pemaknaan mengenai disiplin ilmu ini menjadi sumber utama lahirnya berbagai aliran yang memperkaya khasanah hermeneutika. Secara garis besar, aliran-aliran hermeneutik dapat dibagi menjadi dua kelompok; kelompok pertama, filosof yang mengusung objektivisme. Dan kelompok kedua kaum filosof yang membela historiisme. Kelompok objektivisme menolak anggapan adanya pemahaman yang beragam pada setiap orang dalam memahami teks-teks dan meyakini: bahwa pemahaman mandiri dari nilai-nilai dan kriteria-kriteria masa kini, yang ditegaskan oleh kaum sejarawan, dapat diperoleh. Dengan kata lain, objektivisme meyakini bahwa pemahaman yang benar dari teks-teks masa kini dan masa lalu dapat diperoleh; sementara kaum sejarawan berpandangan: Pemahaman kita secara asasi bersifat historis dan ia juga memiliki terminologi khusus sebagai “historitas” atau “dimensi kesejarahan” dimana mereka beranggapan bahwa hal ini merupakan kaidah fundamental dalam memahami teks-teks masa lalu.
Dalam perspektif objektivisme, pandangan kaum sejarawan memancing orang ke arah skeptisisme filsafat. Puak-puak objektivisme melontarkan kritikan kepada kaum sejarawan bahwa apabila kita ingin menerima pandangan mereka, sekali-kali kita tidak dapat menetapkan atau menafikan sebuah pemahaman. Padahal setiap pemahaman pada tataran tertentu merupakan sebuah realitas dan kenyataan faktual bagi pemilik pemamahan tersebut. Kritikan juga dilontarkan oleh historisme, sebagai konter terhadap kritikan objektivisme: setiap teks yang Anda amati, berdasarkan kriteria dan standar apa sehingga Anda memberikan preferensi kepada sebuah penafsiran atas yang lain? Perkara ini memerlukan bukti dan referensi yang cukup banyak bahwa manusia senantiasa tidak dapat memperoleh seluruh bukti yang diperlukan dalam memahami sebuah teks.
Kaum objektivisme mengedepankan kritikan ini untuk menjelaskan bahwa pandangan historisme menjadi sebab terkuaknya jarak antara teks masa lalu dan teks masa kini. Dan kita tidak dapat mencerap satu teks pun dengan benar; konsekuensinya, proses pemahaman sebuah teks menjadi sesuatu yang mustahil. Kaum objektivisme meyakini: Kita dapat membebaskan diri dari segala pra-judis, distorsi yang ditimpakan oleh tradisi kepada kita; akan tetapi historisme meyakini kita tidak dapat terbebas dari hal ini.
Poin penting lainnya adalah bahwa objektivisme merupakan pendukung masalah benar-konsideran teks; akan tetapi bagi kaum historisme masalah ini tidak begitu penting. Apa yang memiliki signifikansi bagi mereka adalah kita tidak dapat memperoleh objektifitas dalam memahami teks sebagaimana objektifitas dalam ilmu-ilmu tabiat. Esensi dan obyek yang dibahas dan dikaji dalam ilmu tabiat sangat berbeda; namun perkara ini yang dijelaskan oleh sebagian kaum objektivisme bahwa apabila teks-teks masa lalu dan objektivitasnya dikemukakan, maka objektivitas di sini tidak sama dengan objektivitas yang digunakan dalam ilmu tabiat. Sebagian pemikir historisme, misalnya Gadamer, membahas masalah ini. Dia meyakini bahwa kita dalam ilmu-ilmu empirik tidak dapat mencapai obyekvitas yang dikonsepsikan oleh para pendahulu kita; karena obyektivitas dalam ilmu-ilmu tabiat dan empiric bergantung kepada satu silsilah faktor khusus. Kita dalam ilmu-ilmu empirik berhadapan dengan satu silsilah keterbatasan seperti media pengukuran dimana terkadang menjadi sebab kita tidak mampu memperoleh obyektivitas yang dikonsepsikan oleh para pendahulu kita.

Share this:

PENULIS

Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas

BERGABUNGDENGAN PERCAKAPAN

0 komentar:

Post a Comment

Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D