Belajar Dari Kunfusius dan Taoisme (4)
Pada bagian ke-tiga kita telah menyebutka salah
satu aliran konfusianisme yang muncul akibat
perbedaan pandangan dan kepentingan para
murid Konfusius dalam mengajarkan ilmu-ilmu yang mereka pahami. Pada bagian
ke-empat ini kita akan menyebutkan aliran tersebut secara keseluruhan
B.
Taoisme: Tao te Chia
Yaitu suatu aliran yang dikomsumsi oleh orang-orang
terpelajar yang mengalami kekecewaan karena keadaan negara pada waktu itu
mengalami kemunduran. mereka yang menyadari akan hal itu memilih untuk hidup
sebagai biarawan. Tokoh yang terbesar dalam aliran ini adalah Chuang Tzu.
Pokok ajaran dari Tao
te Chia adalah metafisika dan filsafat sosial. Buku yang menjadi pegangan
atau rujukan adalah Tao te Ching. Tao artinya jalan, te artinya kebajikan dan Ching
artinya kitab, Jadi Tao te Ching
diartikan sebagai kitab tentang atau petunjuk bagi manusia untuk sampai pada
kebajikan.
C.
Aliran Yin Yang: Yin Yang Chia
Yaitu suatu aliran yang dipelopori oleh orang-orang
yang pada mulanya mempunyai kedudukan penting dalam istana. Mereka itu ahli
nujum dan ilmu perbintangan, kemudian mereka menawarkan keahliannya kepada
masyarakat. Aliran ini pengaruhnya sangat besar di kemudian hari, bahkan secara
tidak langsung dapat dirasakan dewasa ini.
Menurut pandangan orang cina Yin dan Yang merupakan
dua prinsip pokok di alam semesta.Yin
adalah prinsip jantan seperti; bumi, bulan, air, hitam, kepasifan dan lain
sebagainya. Sedangkan Yang adalah
jika digabungkan akan memberikan pengaruh yang timbal balik dan akan terjadilah
semua peristiwa-peristiwa yang terdapat di alam semesta.
Yin dan Yang merupakan dua prinsip yang
berlainan bukan berlawanan secara kontradiktur, namun keduanya merupakan dua
hal yang saling mengisi dan melengkapi.
D.
Mohisme atau Mo Chia
Yaitu suatu aliran yang terdiri dari kelompok kaum
ksatria yang telah kehilangan kedudukannya. Mereka menawarkan keahliannya di
bidang peperangan kepada penguasa baru. Tokoh dari Mo Chia adalah Mo Tzu (479-381 SM).
Mohisme mempunyai disiplin yang ketat, hal itu karena
adanya pengaruh dari tokohnya Mo Tzu yang menuntut kepada murid-muridnya agar
taat kepada gurunya. Sikap Mo Tzu ini sedikit banyak dipengaruhi oleh
keluarganya yang berlatar belakang militer. Aliran mohisme ini di kemudian hari
dikenal sebagai aliran yang utilitaristis.
E.
Dialektisime atau Ming Chia
Aliran Dialektisi dikenal juga dengan sebutan aliran
nama-nama (Scholl of Names). Aliran
ini dipelopori oleh orang-orang yang ahli dalam bidang debat dan pidato. Mereka
menyalurkan kepandaiannya kepada rakyat.
Mazhab ini
tertarik dengan adanya perbedaan antara apa yang mereka sebut dengan
‘nama-nama’ (names) dengan ‘fakta
yang nyata’ (actualities).
F.
Legalisme: Fa Chin
Yaitu suatu
aliran yang dipelopori oleh orang-orang yang ahli didalam bidang pemerintahan,
mereka menawarkan kepandaiannya kepada para penguasa di berbagai daerah. Mereka
menjadi penasihat-penasihat pemerintah dan mengajarkan teknik-teknik
pemerintahan serta hukum-hukum.
Selanjutnya pada periode Chi (221-207 SM), munncul
reaksi yang kuat terhadap kebebasan berpikir yang timbul pada tahun-tahun
sebelumnya. Adalah kaisar Shih Huang Ti yang sangat berperan dalam reaksi ini,
dia mengontrol dan mengawasi pikiran rakyatnya dengan keras, membakar seluruh
tulisan pemikiran yang ada kecuali tulisan yang menyangkut obat-obatan,
ketuhanan dan pertanian. Akibatnya sejumlah besar buku-buku yang nenuat ajarab
Konfusius dibakar dan tidak kurang dari 460 sarjana dibunuh. Namun akhirnya
reaksi tersebut berakhir setelah periode selanjutnya yaitu pada masa dinasti
Han (206 SM-220M), kebasan berpikir muncul kembali dan Universitas Cina pertama
didirikan dengan maksud meneruskan cara-cara suci para penguasa kuno dan
mencapai kemajuan moral dan intelektual kekaisaran. Ajaran asli Konfusianisme
dihidupkan kembali bukan hanya sebagai pemikiran filsafat, tetapi sebagai agam
yang penuh dengan aspek-aspek sepiritual, moral dan kultural. Tokoh utama dalam
gerakan ini adalah Tung Chuang Shu yang berpendapat bahwa keunggulan manusia
dibandingkan makhluq-makhluq lainnya adalah terletak dalam kapasitasnya untuk
menerima wahyu dari Tuhan dan membentuk tindakan-tindakan dan sifat-sifatnya
sesuai dengan wahyu tersebut.
Di masa permulaan dinasti Han ini Konfusianisme dipastikan mencapai kejayaannya, namun kamudian terdapat pertentangan yang tajam di kalangan para pemikir ajaran Konfusius tentang penafsiran dari buku-buku klasik dan status Konfusius sendiri. Di satu pihak muncul golongan yang meningkatkan Konfusius sampai pada setatus Tuhan Penyelamat, sementara dilain pihak ada golongan yang tetap memperthankan paham lama bahwa Konfusius hanyalah seorang nabi atau guru. Selama periode ini golongan yang meningkatkan Konfusius sampai kepada Tuhan Penyelamat berpengaruh besar, sehingga pada permulaan tahun 59 M ditetapkan cara-cara untuk memuja Konfusius, termasuk memberikan korban kepadanya di semua lembaga pendidikan yang dikelola oleh pemerintah, dengan demikian Konfusius meningkat menjadi semacam ‘Dewa Pendidikan’ pada saat itu.
Keruntuhan dinasti Han diikuti denagan suatu periode kekacauan moral yang berkepanjangan di Cina, Ajaran Konfusius sendiri kehilangan tempat dikalangan intelek yang beralih kepada ajaran Tao dan Budhisme, tetapi proses pendewaan Konfusius masih berlanjut. Hingga pada abad pertengahan muncullah aliran Li Hsuch Chia atau Neo Konfusianisme, sekalipun para pengikut aliran ini adalah intelek dan murid-murid sepiritual Konfusius tetapi pengikutnya tidak berusaha memperthankan atau membangkitkan kembali ajaran yang murni dari Konfusius tetapi hanya melakuan revisi terhada sistem etika, moral dan kepercayaan lama berdasarkan perkembangan-perkembangan baru, hal itu terjadi karena pola pikir mereka pada umumnya ditentukan oleh spekulasi para pengajar aliran Chan dan Zen.
PENULIS
Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas
0 komentar:
Post a Comment
Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D