Belajar Dari Kunfusius dan Taoisme (3)
AJARAN
Aliran filsafat konfusianisme muncul sejak zaman kuno
(600-200 SM). Setelah beliau meninggal dunia, para muridnya menempuh jalan
sendiri-sendiri dalam menyebar luaskan ajaran Konfusius. Namun karena mereka
memberikan tekanan yang berbeda-beda pada ajaran guru mereka, maka lambat laun
muncul perbedaan-perbedaan yang semakin lama semakin membesar karena
masing-masing mengembangkan menggunakan sistem pemikiran sendiri sesuai
kepentingan dan keyakinannya. Dari sinilah muncul berbagai macam aliran
konfusianisme, diantaranya :
A. Konfusinisme
Yaitu suatu aliran yang terdiri dari orang-orang
terpelajar yang mempunyai keahlian di bidang kitab-kitab klasik. Kitab-kitab
klasik yang terpenting ada lima yaitu Wu
Ching Chiang meliputi Kitab sejarah (Shu
Ching), kitab syair (Shih Ching),
kitab perubahan (Ching), kitab adat (Li Chi), sejarah musim semi dan musim
gugur (Ch’un-ts’in). Selain itu pada
zaman ini terdapat aliran yang ajarannya berlawanan arah, yaitu :
1.
Ajaran-ajaran
Mencius
Mencius atau Men
Ko, adalah bentuk Latin dari nama Cina Meng
Tsu, Tuan Meng. Dia memberikan sumabangan yang sangat berarti terhadap
ajaran Konfusius, yaitu terletak dalam penekanannya pada pembawaan baik dalam
sifat manusia. Menurut pendapatnya, orang memiliki pembawaan yang baik sejak
diahirkan, yaitu :
a.
Jen, artinya perikemanusiaan, murah hati, kecintaan. Dalam hubungan
antarmanusia, Jen diwujudkan dalam Chung dan Shu.
b.
Yi, yaitu berbudi, keadilan atau kebenaran. Yi berarti keadaan “yang
seharusnya” terjadi, kurang lebih sama dengan imperatif kategoris. Setiap orang
memperlakukan sesama dengan kesusilaan dan bukan karena pertimbangan lain.
c.
Li, yaitu tindakan yang pantas, sopan santun, sesuai dengan keadaan. Tindakan
lahir harus dilakukan dalam harmoni dan keseimbangan. Seorang yang luhur, mengetahui
bahasa yang patut dipakai dan tingkah lakunya sesuai dengan maknanya. Konfusius
berusaha menyelaraskan kelakuan lahir dengan keluhuran batin.
d.
Zhi, yaitu kebijaksanaan. Pengetahuan diperoleh dengan mempelajari fakta-fakta
dan peristiwa fenomenal, tetapi kebijaksanaan itu berkembang dari pengalaman
batin. Yang paling bermutu dalam hidup adalah kebijaksanaan.
e.
Xin, yang berarti “percaya terhadap orang lain”. Dalam pergaulan sehari-hari,
Konfusius terlebih dahulu mendengarkan apa yang dilakukan orang dan mempercayai
perbuatannya, barulah sesudah itu ia mendengarkan sendiri perkataan orang itu
dan mengamati kelakuannya. Manusia bersandar pada kata-katanya, berarti bahwa
jika manusia konsisten dengan kata-katanya maka dia layak dipercaya.
Problem yang mendapatkan perhatian khusus dari Mencius
adalah tentang pemerintah yang baik. Sebagaimana yang diajarkan Konfusius bahwa
pemerintah yang baik tidak bergantung pada kekuatan yang tanpa perikemanusiaan,
tetapi pada contoh yang baik yang dilakukan oleh sang penguasa. ‘semua orang
mempunyai hati yang tidak tahan bila melihat penderitaan orang lain. Raja-raja
kuno mempunyai hati yang haru ini, dan karenanya mereka juga mempunyai
pemerintahan yang bersifat haru. Selanjutnya penguasa dunia itu sudah seperti
memutar-mutarkan barang ditelapak tangan saja’. Dari konsep tentang
‘pemerintahan yang baik ini’ muncul pengakuan Mencius tentang pentingnya
peranan rakyat dalam pemerintahan. Rakyat bukan saja akar dan dasar bagi
pemerintahan tetapi juga merupakan pengadilan terakhir bagi pemerintah yang
tujuan utamanya adalah untuk mendidik, memperkaya rakyat, dan memperbaiki
kesejahteraan mereka secara menyeluruh.
2. Ajaran-ajaran Hsun Tzu
Hsun Tzu adalah seorang yang tidak percaya terhadap Tien (Tuhan) sebagai pribadi Tuhan.
Menurutnya Tien hanyalah tidak lebih dari pada hukum alam yang tidak
berubah-ubah, dan semua perubahan alam semesta, seperti gerakan bintang-bintang
dan yang lainnya merupakan pekerjaan dari hukum yang besar. Hsun Tzu juga
berpendapat bahwa yang bertangguang jawab atas kehidupan manusia adalah manusia
itu sendiri, termasuk juga kemakmuran atau bencana alam yang menimpanya.
Seperti yang dia katakan “Apabila sandang dan pangan disimpan dengan cukup dan
digunakan secara ekonomis, Tuhan tidak akan dapat memiskinkan negara”. Dia juga
menolak akan takhayul, seperti ramalan mengenai nasib dan ilmu firasat.
Ide lainnya dari Hsun Tzu adalah bahwa sifat dasar
manusia itu jahat, dan kebaikan orang itu diperoleh dari lingkungannya. Dalam
hubungan ini dia membuat serangan langsung terhadap ajran-ajaran Mencius. (bersambung)
PENULIS
Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas
0 komentar:
Post a Comment
Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D