Aku cinta Al-Qur'an: Menerjemahkan teks Al-Qur'an dalam tarian tangan
Rumah Mengaji |
Ya Thoybah Ya Thoybah Ya Dawal Ayaana, Isytaqnalik Wal Hawa Nadaana. Ya ’Ali Yabna Abi Tholib. Minkumul Masdarul Mawahib. Ya Turo Hal ’Uro Li Haajib, ’Indakum Afdholul Ghilmana. Ya Thoybah Ya Thoybah, Ya Dawal Ayaana. Isytaqnalik Wal Hawa Nadaana. Astadil Hasan Wal Husaini, ’Ilanna Biqurrot ’Aini, Ya Syabbal balul Jannataini, Jaddukum Shohibul Qur’ana.
Semesta Alam berbahagia menyambut
kehadiranmu. Pepohonan berdendang mengikuti irama melodi yang dimainkan
Burung-burung. ombak di lautan pun tak mau kalah, ia menghantamkan dirinya ke
karang untuk menciptakan lirik tersendiri, ikan-ikan menari dengan lincah,
ubur-ubur turut meramaikan dengan tarian ala jaipong.
Disudut-sudut kabupaten Gowa, terlihat sebuah rumah kayu ditengah luasnya hamparan sawa desa Taeng . Rumah itu dihuni
sekelompok Pecinta rasulullah SAW yang sedang mengoncang arsy. Lantunan pujian
akan kemuliaan sang dokter spiritual menggelegar keangkasa mengetuk pintu
langit, mengundang para malaikat untuk hadir meramaikan . gerakan tanganya
mengisyaratkan kandungan kitab suci Al-Qar’an.
Para Pelajar sedang menunggu giliran untuk tampil |
Shalawatan |
Masyarakat sekitar menyebut rumah itu sebagai tempat mengaji. Metode yang mereka gunakan dalam mengajar jauh berbeda dengan
metode yang kita dapatkan di kampung-kampung. Mereka menamai Metodenya dengan
istilah gerakan isyarat. Para murid dituntut untuk melantunkan ayat suci
Al-Qur’an seraya menerjemahkannya dalam bentuk tarian tangan.
Rasa ingin tahu mengenai sejarah munculnya
gerakan tersebut melahirkan beberapa keraguan dibenak saya. Tak tahan rasanya
dihantui beberapa pertanyaan sehingga saya memberanikan diri untuk menemui
pimpinan mereka guna menanyakan beberapa hal seputar metode isyarat.
Ternyata, metode gerakan isyarat yang
dipimpin oleh Ustadzah Sa’dia mendapat respon positif dari masyarakat. hampir
di seluruh penjuru tanah air, mengundang beliau untuk mengisi acara-acara
seminar dan sekaligus mengadakan pelatihan. beliau sangat bersyukur karena bisa
memberikan kontribusi kepada negara untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang
cinta Al-Qur’an.
Tapi sangat disayangkan, metode yang
dirilis sejak beberapa tahun lalu itu diklaim oleh sekelompok orang sebagai
penemuan mereka. Awalnya, Ustadazah Sa’dia tidak terlalu menghiraukan hal itu
karena beliau punya hak cipta sebagai bukti. Siapa sangka, orang-orang yang
tadinya hanya sebatas mengklaim kini berusaha membuat hak cipta atas nama
mereka.
Tentu ini merupakan masalah besar
bagi kedua bela pihak. khususnya bagi Ustadazah Sa’dia sebagai perilis pertama
metode gerakan isyarat. kalau kasus ini diserahkan ke pangadilan dan Ustadzah
Sa’dia terbukti pemilik atau perilis pertama metode tersebut maka orang yang
mengklaim akan menganti rugi kurang lebih Rp 1 milayar.
Tapi Ustadzah Sa’dia bukan tipe orang
yang cinta akan pluss sehingga beliau tidak mau menyerahkan kasus itu kepengadilan.
Beliau lebih mendahulukan cinta damai, apa lagi orang yang mengklaim itu adalah
seperjuangan beliau di pesanteren.
PENULIS
Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas
0 komentar:
Post a Comment
Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D