Kekuatan Yang Terlupakan
Akal merupakan anugerah Tuhan yang sangat luar biasa. Dengan akal , manusia
tampak berbeda dengan ciptaan lainnya. Dengan akal, manusia bisa sampai pada
kebenaran hakiki. Dan dengan akal, manusia mampu menundukkan alam ini. Tak satu
pun kekuatan yang dimiliki manusia yang mampu menyaingi kekuatan akal tersebut.
Hanya saja terkadang kita lalai akan kekuatan tersebut sehingga lebih dominan
menggunakan potensi lain.
Al-Quran sebagai kitab yang tak ada lagi keraguan di dalamnya, menjelaskan
peran akal dalam mengarungi kehidupan ini di antaranya:
1.
Al Qur’an
mengajak manusia untuk berfikir sebagaimana disebutkan di dalam surat Al Anfal
ayat 22 dan surat Yunus ayat 100, yang artinya : " Sesungguhnya binatang
(Makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak
dan tuli"(Surat Al Anfal :22), kemudian " Dan tidak seorang pun akan
beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah melimpahkan kemurkaan kepada
orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya" (Yunus : 100).
2.
Mengambil
manfaat atau kesimpulan sebab akibat (kausalitas) yang mana hukum sebab akibat
itu harus didasari dengan pemikiran, lihat surat Ar Ra’d :11 artinya :
"Bagi manusia ada Malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran di
Muka dan belakangnya mereka menjaganya atas perintah Allah sesungguhnya Allah
tak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung dari mereka selain Dia" (Ar Ra’d11)
3.
Al Qur’an
mengajak kaum muslimin untuk mempelajari sejarah umat terdahulu dan mengambil
suatu pelajaran darinya serta merenungkan nasib yang menimpa mereka. Hal ini
menunjukkan pengertian yang jelas bahwa nasib yang menimpa mereka itu mempunyai
hukum sebab akibat dan tidak terjadi secara kebetulan. Kalau tidak demikian
maka perintah Allah itu tidak tidak ada manfaatnya. Artinya : "Sudah
berapa banyak kota yang Kami binasakan, yang penduduknya dalam keadaan zalim,
maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan berapa banyak
pula sumur yang telah ditinggalkannya dan istana yang tinggi " (surat Al
Hajj: 45), artinya : "Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu
mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat
memahami atau dapat mendengar ? Karena dengan sesungguhnya bukanlah mata itu
yang buta, tetapi yang buta itu adalah hati yang di dalamnya dada" ( Surat
22: 46)
4.
Falsafah dan
penjelasan hukum-hukum berdasarkan pemikiran yang banyak terdapat di dalam Al
Qur’an menunjukkan bahwa akal itu adal;ah Hujjah, lihat surat Al Ankabut ayat :
45 dan surat Al Baqoroh ayat 183 yang artinya : "Bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu, yaitu Alkitab dan dirikanlah Sholat, sesungguhnya sholat
itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya
mengingat Allah (sholat) adalah adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain) Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan" (
29:45). Artinya: " Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa"
(2:183)
Disisi lain, Al-Quran menyebutkan beberapa faktor yang dapat menjerumuskan kita
dalam kesalahan yaitu:
a) Lebih mengutamakan dugaan atau prasangka daripada hal-hal yang pasti. Sebagaimana
yang dijelaskan dalam surah Al An’am ayat 116 yang artinya : "Dan jika
menuruti orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan
kamu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanya mengikuti persangkaan belaka,
dan mereka hanyalah berdusta (terhadap Allah)" Kemudian lihat surat 17
ayat 36 yang artinya : "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya
itu akan diminta pertanggung jawabannya ".
b) Mengikuti jejak nenek moyang, lalu menerima segala yang klasik tanpa
disertai pembuktian. Lihat surat Al Baqarah :170 yang artinya : "Dan
apabila dikatakan kepada mereka : Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,
mereka menjawab : (Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami
dapat dari (perbuatan) nenek moyang kami. (Apakah mereka akan mengikuti juga)
walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun. Dan tidak dapat
petunjuk ?" jika apa yang dianut dan yang diyakini nenek moyang dapat
dibuktikan kebenarannya berdasarkan pembuktian-pembuktian secara rasional yang
wajar, maka Al Qur’an akan membenarkan hal itu dapat dilihat pada surat Yusuf
ayat 38 yang artinya : " Dan aku mengikuti agama-agama Bapakku Ibrahim,
Ishak, Yakub tiadalah patut bagi kami (para nabi) mempersekutukan sesuatu
apapun dengan Allah. Yang demikian itu adalah karunia Allah kepada kami Manusia
(seluruhnya) tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukuri-Nya."
c)
Mengikuti dorongan hawa nafsu lihat surat
An-Najm : 23 yang artinya adalah :" Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang
kamu dan bapak-bapakmu mengada-adakannya; Alah tidak menurunkan suatu
keterangan pun untuk menyembah Nya. Mereka hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan
dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka. Dan sesungguhnya telah datang
petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka" (A-Najm : 23) lihat juga surat
Al An’am :119, surat Muhammad Ayat : 14,16. Surah Rum :29 dan surat Al Qasshas
: 50.
d) Terpengaruh figur-figur tertentu tanpa pembuktian status figur itu apakah
dia pantas dipanuti (ditaati) atau tidak Lihat surat Al Ahzab : 67 artinya :
" Dan mereka berkata : Ya Tuhan kami sesungguhnya kami telah menaati pemimpin
dan pembesar-pembesar kami lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar)”
e) Tergesa-gesa dalam membenarkan atau mengingkari sesuatu tanpa dibuktikan
terlebih dahulu, termasuk suatu hal yang tidak tidak dibenarkan oleh Islam.
Surat Al A’af : 169 yang artinya : "…yaitu, mereka tidak akan mengatakan
terhadap Allah kecuali yang benar….Maksudnya : janganlah menyimpulkan bahwa
sesuatu itu benar dari Allah padahal belum dibuktikan kebenarannya".
Tergesa-gesa dalam mengingkari sesuatu, lihat surat Yunus :39 artinya :"
Yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan
sempurna padahal belum datang kepada mereka penjelasannya, demikianlah
orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (Rasul ). Maka perhatikanlah
bagaimana akibat orang-orang yang zalim itu".
PENULIS
Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas
0 komentar:
Post a Comment
Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D