Jangan Asal Mengkafirkan Kawan
“kalau
tolak ukur ke-keristenan adalah mengucapkan natal maka umat muslim jauh lebih
kristen dari pada kristiani”
Tak dapat dipungkiri, perjalanan Hak dan Batil
telah berlangsung sejak masa Nabi Adam as. Manusia pertama yang dijuluki sebagai
penyeru pertama pada Tauhid. Sejarah mencatat, bahwa pada saat itu,
terjadi gesekan antara Habil dan Qabil.
Gesekan ini muncul lantaran Qabil tak menerima kalau ia dinikahkan dengan
kembaran Habil yang bernama Lubuda, sedang kembaranya yang bernama Iqlimah
dinikahkan dengan Habil.
Salah satu alasan mendasar Qabil tidak menerima
ke-putusan ayahnya, karena Iqlimah jauh lebih cantik dan anggun ketimbang
Lubuda. Oleh sebab itulah, muncul rasa iri hati dalam diri Qabil sehingga
memberanikan dirinya untuk membunuh Habil yang tak lain adalah adik kandungnya,
hanya untuk mendapatkan Iqlimah.
Habil yang diposisikan sebagai lambang kebenaran
dan Qabil sebagai lambang kebatilan, menarik perhatian para pemikir, seperti
para antropolog, filsuf, agamawan dan sosiolog,
untuk mengkaji dan mempelajari proses terjadinya gesekan di antara Habil
dan Qabil, sehingga muncullah beberapa pandangan yang mengatakan bahwa gesekan
tersebut adalah simbol perjalanan antara hak dan batil. bumi ini tidak akan
pernah kosong dari kebatilan dan kebenaran. Dalam artian, bumi ini akan terus
dihuni oleh orang-orang yang benar dan orang-orang yang batil.
Ya! betul apa yang dikatakan ayah saya. Bahwa
sampai kapan pun, orang seperti Qabil dan Habil akan terus ada di bumi ini
sampai akhir zaman, karena itu merupakan hukum sunnatullah. Dan sewaktu saya
bertanya kepada kakek saya, kapan hari kiamat tiba, Dengan senyum manis di
wajahnya, beliau menjawab, ”ketika bumi sudah muak dengan kedzaliman.”
Pada dasarnya, generasi Qabil dan Habil akan
terus bermunculan di bumi ini, keduanya akan terus berjalan berdampingan.
Sebagaimana yang kita saksikan sekarang ini, gesekan yang terjadi di Timur
tengah adalah gesekan antara pasukan Qabil melawan pasukan Habil.
Selain itu, di Negara kita ini, juga mengalami
nasib yang sama dengan negara timur tengah. hanya saja, di timur tengah orang
menggunakan senjata, sedangkan di Indonesia menggunakan Lisan, dalam artian
suka memfitnah, mengatakan bidah, menuduh, dan yang lebih parahnya lagi suka
mengafirkan orang yang tidak sejalan dengan mereka. Padahal, masalah kafir
tidaknya seseorang itu urusan Tuhan bukan manusia.
Kita sebagai manusia hanya bisa mencari jalan
yang sesuai dengan akal dan fitrah. karena itulah, Tuhan menitipkan kepada kita
Akal dan fitrah agar dijadikan alat untuk mencari jalan yang betul-betul
mengantarkan kita menuju kesempurnaan. Maka dari itulah muncul istilah, Tuhan
menghukum hambanya sesuai dengan keyakinannya. Kalau seorang hamba meyakini
bahwa jalan yang dia tempuh adalah jalan benar walaupun pada dasarnya jalan
yang dia tempuh bukanlah jalan yang diinginkan Tuhan, maka Tuhan tidak berhak
menghukumnya, tapi kalau kita yakin bahwa jalan yang kita tempuh adalah jalan
yang salah, lalu kita masih tetap berada pada jalan itu, maka Tuhan berhak
menghukum kita.
Akhir-akhir ini, di beberapa media sosial sibuk
membicarakan Maulid Nabi yang hampir bertepatan dengan hari Natal. Salah satu
media sosial memberitakan bahwa kepolisian telah mengatur strategi sebagai
bentuk antisipasi agar perayaan Maulid Nabi tidak bergesekan dengan perayaan
Natal.
Selain itu, sebagian orang juga sibuk mengatakan
“ente Bidah karena merayakan maulid dan mengucapkan selamat atas kelahiran
Isa as.” dengan alasan, perayaan maulid dan ucapan selamat atas kelahiran
nabi Isa as, tidak memiliki dalil dalam Al-Qur’an dan Rasulullah SAW tidak
perna melakukan hal tersebut.
Aneh sungguh aneh, kalau tolak ukur bidah
adalah tidak memiliki dalil dalam AL-Qur’an dan tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah
SAW, maka tak ada satu pun manusia yang berakal sehat, mau memeluk ajaran
Muhammadi. Karena orang seperti itu, akan terlihat jumud dan tidak sejalan
dengan akal dan fitrah.
Akal dan fitrah mengharuskan kita untuk
mengikuti perkembangan zaman bukan membelakangi. Dalam artian, kalau pada masa Rasulullah
SAW, orang-orang menggunakan siwak untuk membersihkan sisa makanan di gigi maka
sesuai dengan perkembangan zaman, kita menggunakan sikat gigi. dan ini tak
bertentangan dengan akal sehat manusia.
Satu hal yang perlu diperhatikan, ketika orang
mengatakan bahwa maulid itu bidah, dengan alasan yang telah kita sebutkan di atas,
maka pada saat itu, orang tersebut juga melakukan bidah, karena Rasulullah SAW
tidak menggunakan piring, sendok, motor, mobil, elektronik dan lain sejenisnya
yang tidak ada pada masa Rasulullah SAW dan jelas tidak ada ayat yang secara
terang-terangan menyuruh kita menggunakan hal-hal tersebut.
Selain itu, ketika mereka meyakini bahwa
mengucapkan selamat atas kelahiran Isa as juga bidah maka ini jelas-jelas
bertentangan dengan akal sehat manusia. Mengucapkan selamat kepada seseorang
adalah perbuatan yang baik, dan melakukan kebaikan sangat dianjurkan dalam
ajaran Islam. Pada dasarnya , ucapan selamat hari natal merupakan salah satu
bentuk kecintaan kita kepada Nabi Isa as. yang diutus ke bumi untuk
menyelamatkan umat manusia. Kalau tolak ukur ke-kristenan adalah mengucapkan
selamat natal, maka umat muslim yang berakal sehat jauh lebih kristen dari pada
orang kristen. karena dalam ajaran Islam yang sesungguhnya, memperingati dan
mengenang hari-hari penting seperti hari kelahiran Rasulullah SAW dan Isa Al-Masih
putra Maryam sangat dianjurkan, supaya umat manusia senantiasa mengingat
kebesaran Allah SWT yang telah mengutus Nabinya untuk membebaskan
manusia dari belenggu setan.
Ada beberapa ayat yang secara tidak langsung
mengisyaratkan tentang bolehnya mengucapkan salam atau kesejahteraan.
Sebagaimana yang terdapat dalam surah Maryam:
keselamatan atasnya pada hari ia dilahirkan dan
pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.( Q.S. Maryam:15)
Dan di ayat yang lain Allah berfirman:
dan Keselamatan dilimpahkan kepadaKu, pada hari
aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup
kembali".(Q.S.
Maryam:33)
Kedua ayat ini mengisyaratkan mengenai ucapan
salam atau selamat kepada nabi Allah SWT yaitu Yahya as. dan Isa. Kalau
Allah SWT sebagai Dzat yang maha sempurna mengucapkan salam, berarti itu
menunjukkan kebaikan dan itu menunjukkan kebolehan untuk melakukan hal
tersebut. justru yang tidak ada diisyaratkan dalam al-Qur’an adalah kebolehan
untuk mengafirkan orang atau mengatainya bidah.
Dalam AL-Qur’an, disebutkan, janganlah kamu
suka mengafirkan orang lain karena bisa saja dirimulah yang kafir. Di sisi
lain, Rasulullah SAW juga tidak pernah menyuruh umatnya untuk mengatai kaum
muslimin kafir atau bidah.
Maka dari itu, mari kita jadikan momen kelahiran
Nabi Isa as dan Peringatan maulid Rasulullah SAW sebagai bentuk saling
menghormati antar umat seagama dan antar umat beragama.
PENULIS
Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas
0 komentar:
Post a Comment
Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D