Hari Kelahiran
Dekapan angin malam
menggetarkan tubuh, Nyanyian kodok terdengar dari berbagai arah, memecah
keheningan malam. Udin berjalan menuju halaman rumah, memandangi bintang yang
masih setia memberikan cahayanya. Malam itu, tepat jam 24:00, Udin berusia 11 tahun. Ia teringat tahun-tahun sebelumnya,
saat ayah tercinta masih berada di sisinya. Ciuman, kado, dan ucapan selamat
dari Pak Mansyur, selalu membuatnya bahagia. Tapi kali ini, tak ada lagi kado,
ucapan, dan ciuman dari ayah tercinta. Itu semua kini menjadi bagian masa lalu.
Masa masa menyenangkan.
Saat pikiran
mengantarkan Udin menjelajahi memori masa lalu, tiba-tiba Rahman, Inayah dan
Ibu Rahma muncul dari arah belakang, mereka mengendap-endap, menghampiri Udin
yang sedang menggoreskan penanya di atas kertas putih.
“ haa. Selamat ulang
tahun, selamat ulang tahun” seketika mendengar ucapan itu, Udin terjatuh dari
Kursi.
“selamat ulang tahun ya
pahlawan Bunda” Ucap Ibu Rahma sembari membantu bungsunya berdiri.
“Ini ada kado dari Kakak”
Sahut Rahman, lalu mencium kening adiknya.
Mereka bertiga
berpelukan. Mengundang malaikat turun dari Kerajaan Arsy, menyaksikan
kebahagiaan keluarga kecil Pak Mansyur.
Inayah meneteskan air
mata haru saat mendengar kalimat “ Aku rindu Ayah” keluar dari lisan Udin.
Sembari menyodorkan kue yang dihiasi lilin-lilin kecil. Hati kecil Inayah
bergeming “tetap sabar ya dik. Jadilah pemuda sukses agar bisa membahagiakan
keluarga”
Usai menyantap kue, Inayah
pamit Pulang. Rahman bergegas bangkit dari duduknya, bersiap menjadi Penjaga.
Ibu Rahma dan Udin juga ikut berdiri, mengantarkan Inayah sampai depan Pintu.
Ketika Udin merobohkan
badannya di pelukan sang bunda, Ibu Rahma berseru “Nak jadilah perahu yang bisa
menyelamatkan banyak orang saat banjir. Dan jadilah tenda yang bisa menjaga
banyak orang dari sengatan matahari yang memanggang tubuh”
Seketika mendengar
ucapan itu, Udin meneteskan air mata.
Mengapa tidak, kata-kata itu mengantarkannya menuju samudra kesedihan.
Kesedihan akan kerinduan kepada Ayah, kesedihan akan ingatan kebahagiaan dari
sang ayah. Sungguh, kata kata itu membuatnya semakin bersedih. Kalimat yang
sering di ucapkan pak Mansyur di hari ulang tahunnya, Kini, kalimat itu keluar
dari lisan Ibu Rahma.
PENULIS
Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas
0 komentar:
Post a Comment
Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D