Hello

Welcome To My Blog

MISBAHUDDIN HASAN
Semoga Tulisan di Blog ini Bermanfaat Bagi Anda

Recent

Memudarnya kesadaran Agama

Seiring berjalannya waktu, fenome-fenome keberagamaan dan tuntutan zaman, menjadi salah satu penyebab memudarnya kesadaran dalam beragama. Kecenderungan untuk memenuhi segala bentuk keinginan telah menggeser kewajiban dan tanggungjawab dalam mengekspresikan keberagamaan. Orang-orang lebih cenderung menghabiskan waktunya untuk keberlangsungan hidup ketimbang mempelajari dan merenungi kehidupan dan hakikat agama. Fenomena ini merupakan penyakit kejiwaan yang harus segera diobati. Pakar agama, intelek, dan orang-orang yang memiliki kesadaran akan kondisi ini, memikul tanggungjawab untuk menyembuhkan masyarakat dari penyakit tersebut.
Nilai-nilai agama adalah spirit untuk melawan segala bentuk penindasan. Baik ketertindasan internal maupun eksternal. Orang-orang yang memiliki tugas untuk mengobati masyarakat harus mampu mentransfer nilai-nilai tersebut sehingga mereka dengan mudah memahami realitas yang terjadi dan tergerak untuk melakukan perlawan kepada para penindas.


Agama, khusunya Islam, mengajarkan penganutnya tentang cinta, belas kasih, dan kebijaksanaan. Tapi disisi lain, juga mewajibkan untuk melakukan perlawan terhadap kesewana-wenangan. Kaum muslim dituntut untuk mencintai dan memperlakukan orang lain layaknya memperlakukan diri sendiri, tapi bukan berarti berdiam diri ketika dizalimi atau menyaksikan dan membiarkan kedzaliman merajalela.

Terjadinya sebuah ketertindasan disebabkan adanya penindas dan orang yang menerima ketertindasan. Kerja sama keduanyalah yang telah memunculkan penindasan. Ketika kerjasama keduanya digagalkan maka tidak akan ada lagi yang namanya ketertindasan.

Katertindasan dalam ekonomi misalnya,  ketika masyarakat menyadari bahwa dirinya digiring untuk menjadi konsumen dengan berbagai macam cara, maka pada saat yang sama, akan menimbulkan ketakutan dalam diri pemodal. Kedatangan kapitalis industri modern, dengan misi memupuk keinginan-keingan menjadi subur, menjadi malapetaka. Persaingan kelas makin besar hingga berujung pada penghalalan segala cara demi terwujudnya keingan tanpa menyadari bahwa dirinya telah menjadi kaum pekerja sejati.

Karl Marx menegaskan bahwa kondisi yang tidak adil ini, bukan hanya disebabkan oleh ketamakan pribadi. Walaupun para pemilik modal ini tidak memiliki pembantu dan pesuruh, namun ia tetap dikendalikan oleh kompetisi yang tidak sehat diantara sesama pemilik modal dalam pasar kapitalisme. Agar bisa mempertahankan perusahaannya, dia harus mendapatkan niali surplus sebanyak mungkin untuk mendirikan pabrik dan perusahaan baru. Perusahaan atau pabrik baru yang lebih besar ini akan menyedot lebih banyak pekerja, dan pemilik pabrik lain akan tidak bisa membanting harga dan tidak akan mampu menyainginya. Karena kerakusan inilah, setiap kapitalis berusaha mempergunakan mesin-mesin yang lebih besar dan lebih banyak lagi.[1] Akibatnya, setiap pekerja akan mengerahkan dan memfokuskan tenaganya untuk mewujudkan keinginan pemilik modal.


[1] Daniel L. Pals, Seven Theories Of Relogion, (Semarang: IRCiSoD), hal. 196.

Share this:

PENULIS

Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas

JOIN CONVERSATION

2 komentar:

  1. Fenomena keberagamaan hari ini nenunjukan.memudarnya kesadaran falam beragama. Tulisan yg mengarahkan!!! Izin share kanda. Semangat terus menulisnya semoga tetap menginspirasi

    ReplyDelete
    Replies
    1. silahkan!! amin. semoga tulisan di blog ini bisa memberikan setetes pengetahuan buat para pengunjungnya

      Delete

Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D