Manusia dan Kemerdekaannya
Saat manusia pertama menjejakkan
kakinya di muka bumi, dorongan naluri untuk bertahan hidup mulai terlihat.
Seluruh potensi insani yang ada pada dirinya mulai diaktifkan. Berbagai cara ia
lakukan hanya untuk keberlangsungan hidupnya. Sebagaimana yang termuat dalam
kisah Qabil dan Habil sewaktu bertani. Selain itu, kisah perseteruan Qabil dan
Habil juga ikut menjadi bahan mentah diskusi-diskusi yang berujung pada
kesimpulan bahwa perselisihan yang terjadi diantara keduanya adalah simbol
bahwa sampai kapan pun perseteruan dan pertumpahan darah akan tetap ada. Dan
Marx memperkuat kesimpulan ini dengan argumentasi metrealisnya “Sampai saat
ini, sejarah masyarakat mana pun di muka bumi ini adalah sejarah pertentangan
kelas. Si merdeka dengan si budak, kaum
bangsawan dengan rakyat jelata, majikan dengan babu, tuan dengan pesuruhnya,
singkat kata, antara penindas dan tertindas. Posisi yang berhadap-hadapan ini
akan selalu ada dan tidak bisa dibantah. Sekarang, perlahan namun pasti, akan
ada perang terbuka , perang untuk merekonstruksi masyarakat pada umumnya , dan
khususnya, untuk menghancurkan kelas penguasa.” [1]
Nampak nya, Marx ingin menyampaikan lewat ungkapan tersebut bahwa manusia pada
dasarnya dikendalikan oleh kebutuhan materi. Keinginan untuk bertahan hiduplah
yang memotivasi dan menggerakan manusia.
Dalam kaca mata Matrealistik,
ungkapan Marx bisa dibenarkan. Manusia memiliki unsur fisik yang membutuhkan
energi. Kekuatan fisik sangat dipengaruhi makanan. Makanya, mau tidak mau, yang
pertama kali yang harus dilakukan adalah memaksimalkan potensinya untuk
mendapatkan sumber kekuatan fisiknya. Saat unsur itu sudah terpenuhi barulah
manusia bisa melakukan hal-hal yang lain.
Tapi yang harus digaris bawahi, sandang,
pangan, dan papan, yang diklaim sebagai sumber energi untuk badan, bukanlah penggerak
utama. Kebutuhan fisik hanya bersifat sekunder. Kesadaran akan eksistensi
kemanusiaan lah yang seharusnya menjadi pemantik untuk melakukan sesuatu. Hidup
bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan fisik tapi untuk menemukan hakikat diri.
Hanya orang-orang yang keluar dari kesenangan fisik lah yang bisa meraih
kesempurnaan insanianya. Orang-orang yang terjebak kesenangan materi, tidak
akan pernah merasa paus akan apa yang telah dimilikinya. Mereka akan terus
berusaha untuk memenuhi segala keinginan-keinginannya. Maka jangan salah ketika
orang berlomba-lomba menindas kaum lemah, karena dengan begitu hasrat untuk
mewujudkan keinginan bisa terpenuhi. Sebagaimana dalam sistem kapitalis,
pertumbuhan produksi mentransformasikan dirinya menjadi pendominasi dan
pengeksploitasi para pekerja. Mereka menjadikan buruh hanya sebagai
potongan-potongan manusia, pelengkap mesin-mesin. Nilai-nilai manusiawi nya
dihargai seharga barang rongsokan. Mereka dijauhkan dari potensi insani nya.
Para penguasa bertindak sewenang-wenang dengan segala kelicikannya. Dan tanpa
belas kasih, para tirani melindas kehidupan mereka dengan roda kapitalis yang
licik.
Pada kondisi inilah, nilai-nilai
agama harus terekspresikan. Bangkit dari ketertindasan untuk melakukan
perlawanan kepada para tirani yang telah menginjak-injak harkat martabat kita
sebagai seorang manusia. Agama tidak hanya mengajarkan tata cara salat, makan,
bersuci, tapi juga mengajarkan untuk melakukan perlawanan. Ajaran agama adalah
ajaran perlawanan terhadap kesemena-menangan. Para nabi diutus untuk melakukan
perlawanan pada segala bentuk kezaliman, bukan membiarkan penguasa bertindak
semaunya. Memang betul, dunia ini tidak akan pernah kosong dari perseteruan
antara penindas dan yang ditindas, tapi dunia juga tidak akan kosong dari
orang-orang melawan. Kitalah yang menentukan di pihak manakah kita berada,
apakah kita mati dalam ketertindasan atau menjadi penindas, ataukah kita
bangkit melakukan perlawanan walaupun hanya dengan mengkritik. Kita tak bisa
lari dari dunia ciptaan para kapitalis, tapi kita punya kesadaran dan
kemerdekaan untuk melakukan perlawanan walaupun hanya lewat tulisan.
PENULIS
Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas
Izin share
ReplyDeletesilahkan!!!!
DeleteTulisan ini adalah gambaran kehidupan dari awal mulanya perseteryan manusia sampai saat ini. Tdk bisa di pungkiri untuk bisa mendaptkan kebutuhan saat ini di perlukan pertarungan yg di sertai dengan kekuatan fisik bgtu lah gambaran agama yg di sampaikan di atas bahwa agama hadir sebagai bentuk perlawanan kepada orng yg semenah menah
ReplyDeleteJadi jgnlah terperangkap dengan kehidupan yg ada di sekitar kita karna bisa jadi apa yg terjadi di sekeliling kita itu adalah settingan yg di buat" agar mereka bisa mendapatkan apa yg dia butuhkan
Mohon maaf jika salah
betul bang.. semoga tulisan bisa bermanfaat
Deletebetul bang... perseteruan tdk akan pernah punah dalam sejarah perdaban manusia
ReplyDeleteLuar biasa tulisan yang sangat menarik dan mencerahkan
itu sudah menjadi hukum alam bang.. sampai kapan pun dunia ini tdk akan kosong dari perselisihan dan pertumpahan darah
Delete