Hello

Welcome To My Blog

MISBAHUDDIN HASAN
Semoga Tulisan di Blog ini Bermanfaat Bagi Anda

Recent

Manusia dan Kemerdekaannya

Saat manusia pertama menjejakkan kakinya di muka bumi, dorongan naluri untuk bertahan hidup mulai terlihat. Seluruh potensi insani yang ada pada dirinya mulai diaktifkan. Berbagai cara ia lakukan hanya untuk keberlangsungan hidupnya. Sebagaimana yang termuat dalam kisah Qabil dan Habil sewaktu bertani. Selain itu, kisah perseteruan Qabil dan Habil juga ikut menjadi bahan mentah diskusi-diskusi yang berujung pada kesimpulan bahwa perselisihan yang terjadi diantara keduanya adalah simbol bahwa sampai kapan pun perseteruan dan pertumpahan darah akan tetap ada. Dan Marx memperkuat kesimpulan ini dengan argumentasi metrealisnya “Sampai saat ini, sejarah masyarakat mana pun di muka bumi ini adalah sejarah pertentangan kelas.  Si merdeka dengan si budak, kaum bangsawan dengan rakyat jelata, majikan dengan babu, tuan dengan pesuruhnya, singkat kata, antara penindas dan tertindas. Posisi yang berhadap-hadapan ini akan selalu ada dan tidak bisa dibantah. Sekarang, perlahan namun pasti, akan ada perang terbuka , perang untuk merekonstruksi masyarakat pada umumnya , dan khususnya, untuk menghancurkan kelas penguasa.” [1] Nampak nya, Marx ingin menyampaikan lewat ungkapan tersebut bahwa manusia pada dasarnya dikendalikan oleh kebutuhan materi. Keinginan untuk bertahan hiduplah yang memotivasi dan menggerakan manusia.

Dalam kaca mata Matrealistik, ungkapan Marx bisa dibenarkan. Manusia memiliki unsur fisik yang membutuhkan energi. Kekuatan fisik sangat dipengaruhi makanan. Makanya, mau tidak mau, yang pertama kali yang harus dilakukan adalah memaksimalkan potensinya untuk mendapatkan sumber kekuatan fisiknya. Saat unsur itu sudah terpenuhi barulah manusia bisa melakukan hal-hal yang lain.

Tapi yang harus digaris bawahi, sandang, pangan, dan papan, yang diklaim sebagai sumber energi untuk badan, bukanlah penggerak utama. Kebutuhan fisik hanya bersifat sekunder. Kesadaran akan eksistensi kemanusiaan lah yang seharusnya menjadi pemantik untuk melakukan sesuatu. Hidup bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan fisik tapi untuk menemukan hakikat diri. Hanya orang-orang yang keluar dari kesenangan fisik lah yang bisa meraih kesempurnaan insanianya. Orang-orang yang terjebak kesenangan materi, tidak akan pernah merasa paus akan apa yang telah dimilikinya. Mereka akan terus berusaha untuk memenuhi segala keinginan-keinginannya. Maka jangan salah ketika orang berlomba-lomba menindas kaum lemah, karena dengan begitu hasrat untuk mewujudkan keinginan bisa terpenuhi. Sebagaimana dalam sistem kapitalis, pertumbuhan produksi mentransformasikan dirinya menjadi pendominasi dan pengeksploitasi para pekerja. Mereka menjadikan buruh hanya sebagai potongan-potongan manusia, pelengkap mesin-mesin. Nilai-nilai manusiawi nya dihargai seharga barang rongsokan. Mereka dijauhkan dari potensi insani nya. Para penguasa bertindak sewenang-wenang dengan segala kelicikannya. Dan tanpa belas kasih, para tirani melindas kehidupan mereka dengan roda kapitalis yang licik.

Pada kondisi inilah, nilai-nilai agama harus terekspresikan. Bangkit dari ketertindasan untuk melakukan perlawanan kepada para tirani yang telah menginjak-injak harkat martabat kita sebagai seorang manusia. Agama tidak hanya mengajarkan tata cara salat, makan, bersuci, tapi juga mengajarkan untuk melakukan perlawanan. Ajaran agama adalah ajaran perlawanan terhadap kesemena-menangan. Para nabi diutus untuk melakukan perlawanan pada segala bentuk kezaliman, bukan membiarkan penguasa bertindak semaunya. Memang betul, dunia ini tidak akan pernah kosong dari perseteruan antara penindas dan yang ditindas, tapi dunia juga tidak akan kosong dari orang-orang melawan. Kitalah yang menentukan di pihak manakah kita berada, apakah kita mati dalam ketertindasan atau menjadi penindas, ataukah kita bangkit melakukan perlawanan walaupun hanya dengan mengkritik. Kita tak bisa lari dari dunia ciptaan para kapitalis, tapi kita punya kesadaran dan kemerdekaan untuk melakukan perlawanan walaupun hanya lewat tulisan.


[1] Marx and Angel, The Communist Manifesto, hal. I: 34.

Share this:

PENULIS

Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas

JOIN CONVERSATION

6 komentar:

  1. Tulisan ini adalah gambaran kehidupan dari awal mulanya perseteryan manusia sampai saat ini. Tdk bisa di pungkiri untuk bisa mendaptkan kebutuhan saat ini di perlukan pertarungan yg di sertai dengan kekuatan fisik bgtu lah gambaran agama yg di sampaikan di atas bahwa agama hadir sebagai bentuk perlawanan kepada orng yg semenah menah

    Jadi jgnlah terperangkap dengan kehidupan yg ada di sekitar kita karna bisa jadi apa yg terjadi di sekeliling kita itu adalah settingan yg di buat" agar mereka bisa mendapatkan apa yg dia butuhkan


    Mohon maaf jika salah

    ReplyDelete
  2. betul bang... perseteruan tdk akan pernah punah dalam sejarah perdaban manusia
    Luar biasa tulisan yang sangat menarik dan mencerahkan

    ReplyDelete
    Replies
    1. itu sudah menjadi hukum alam bang.. sampai kapan pun dunia ini tdk akan kosong dari perselisihan dan pertumpahan darah

      Delete

Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D