Hello

Welcome To My Blog

MISBAHUDDIN HASAN
Semoga Tulisan di Blog ini Bermanfaat Bagi Anda

Recent

aku ini Bundamu Nak

“ terdiam sejenak dalam renungan, kala bayangmu datang menyapa. Waktupun berputar kebelakang membuka memori masa kecilku.. cucuran keringat membasahi tubuhmu, tetesan  air mata melawan maut demi  kehadiran sang buah hati. tangisan pertamaku menjadi kebahagiaan besar bagimu. Saat ku menginjakan kaki kecilku kelantai engkau setia menemani dan menjagaku. Saat bibir kecilku mulai menyebut kata mama dan papa, senyum manis menghiasi wajahcantikmu.. ohh ibu, maafkan aku yang tak pernah membalas kebaikanmu,yang  tak menghiraukan perkataanmu. selama ini aku telah menyakiti hatimu. sebelum terlambat, ijinkan aku memelukmu tubuhmu yang mulai membungkuk, karena selama ini aku tak pernah memelukmu . kata maafmu adalah kunci kesuksesan bagiku.” (kutipan)
Tak dapat dipungkiri bahwa seorang ibu adalah bunda-bunda peradaban yang menciptakan dan mendidik kader-kader yang bisa menjadi kebanggan setiap orang. Tak ada satupun manusia yang berakal sehat menafikan peran ibunya dalam kehidupan sehari-hari. Adanya seorang ibu, melazimkan lahirnya seorang tokoh gerakan yang bisa memberikan efek positif kepada negara tercintanya.
Di Indonesia, peran seorang ibu diabadikan dalam bentuk perayan. Setiap tanggal 22 Desember, masyarakat indonesia memperingati hari ibu sebagai salah satu bentuk pengabadian perjuangan seorang  perempuan dalam membangun Indonesia.
Sejarah mencatat bahwasanya, penetapan Peringatan Hari Ibu dimulai pada tahun 1938. Pada tahun 1928, para pejuang perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatra mengadakan Konggres Perempuan Indonesia yang pertama pada tangal 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta. Salah satu hasil keputusan kongres adalah membentuk organisasi kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kowani (Kongres Wanita Indonesi). Namun penetapan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia yang ke-3 pada tahun 1938. Presiden Soekarno menyetujui penetapan tanggal 22 Desember ini sebagai Hari Ibu. Dan presiden sukarno menetapkan tanggal 22 desember sebagai hari ibu melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959.
Selain itu, Peringatan hari ibu yang kita rayakan setiap tahun, adalah ungkapan rasa cinta, sayang, terimah kasih kepada para Ibu yang telah berjuang untuk menegakkan keadilan, memperjuangkan kesetaraan, membebaskan masyarakat dari ketertindasan, dan yang terpenting adalah, perjuangan ibu dalam menciptakan kader-kader revolusi.
Tapi sangat disayangkan, bagi sebagian orang, perayaan hari ibu hanya sebatas simbolik yang tak memiliki nilai sedikitpun yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Kebanyakan manusia, khususnya orang-orang yang menyebut dirinya sebagai orang berpendidikan, hanya mengucapkan selamat kepada bundanya pada saat momen hari ibu tiba, padahal jarak mereka tidak terlalu jauh.
Sampai hari ini, apa yang telah kita berikan kepada bunda Yang telah berjuang membesarkan kita tanpa kenal batas waktu? Rambutnya mulai memutih, tubunhya mulai membungkuk, kulitnya mulai keriput, tapi kita belum juga bisa membahagiakannya? Dimana rasa terimah kasih kita kepadaa bunda yang telah mengorbangkan segala sesuatunya demi kita?
Inilah saatnya bagi kita yang masih memiliki ibu untuk menemui beliau, memengang tanganya lalu menciumnya. Mari kita ucapkan selaamat kepada ibu kita dan sekaligus memohon maaf atas sikap kita yang selama ini telah menyakiti hatinya. Janganlah kita menjadi kader Maling kundang yang tak mengakui ibunya
 

Share this:

PENULIS

Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas

BERGABUNGDENGAN PERCAKAPAN

0 komentar:

Post a Comment

Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D