Hilangnya Kesadaran Nilai
Bayang-bayang tak
bermakna terlihat jelas depan mata. Butiran debu dan polusi menari sesuka hati,
mengisi setiap ruang di desa itu. Jalan setapak di sudut persinggahan, terluka
akibat kerasnya tetesan air yang jatuh dari langit.
Nyanyian merdu si borokokok
di pagi hari sudah tak terdengar jelas akibat tangan-tangan jahil yang begitu
bangga menciptakan suara keributan. Pandangan para petinggi negara kosong
seakan enggan untuk melihat jauh lebih dalam penderitaan warga. Mereka hanya
memikirkan tikus-tikus negara tanpa menyadari diri sendiri.
Desa basi!!! Kata
itu keluar dari lisan-lisan yang melintasi desa itu. Mengapa tidak ? Sudah
hampir 71 tahun Indonesia merdeka, Sejak ayahku dilahirkan hingga menghembuskan
nafas terakhir, sejak pertama kali aku menangis hingga detik ini, jalan-jalan
itu masih seperti yang dulu. Tak pernah sedikit pun disentuh oleh cor ataupun
aspal. Sangat jauh berbeda dengan tempat-tempat para petinggi negara
dilahirkan. Jalannya indah, beberapa kali sudah mengalami perbaikan.
Sungguh kasihan
desa kecil itu,tempat aku dilahirkan. Kala senja di sore hari mulai menyapa
penduduk bumi,burung-burung bernyanyi mengiringi Kepergian matahari menyambut
sang rembulan. Para pemuda di desaku bergegas mengisi pinggiran jalan setapak
membawa alat musik dan menyanyikan lagu-lagu zaman sekarang yang tidak memiliki
makna. Nasehat orang tua, dianggap angin lewat karena minimnya nilai-nilai
budaya yang tertanam di jiwa mereka. Cara berbicara,bersikap,berpakaian dll
sangat jauh berbeda dengan apa yang seharusnya. Begitu cepatnya budaya asing
mengambil alih perhatian generasi saat ini.
Penulis: Nurhalimah
Bimbingan jurnalistik
PENULIS
Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas
0 komentar:
Post a Comment
Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D