Wahai Malaikat, Kutitipkan Surat Buat Ayah
Kala bayangmu
mencekam. Raut wajahmu nampak menghantui. Pikiran menembus lorong-lorong waktu,
menjelajahi memori masa lalu. Tetesan air mata penyesalan membasahi pipih,
lantunan doa menembus arsy menarik perhatian malaikat. Tak ada satu pun kata
yang keluar dari lisan kecuali permohonan maaf untuk Ayah. Lelaki tangguh yang
mengorbankan jiwa dan raganya hanya untuk kesejahteraan keluarga kecilnya.
Ketika fajar
menyapa penduduk bumi, engkau bergegas
meninggalkan rumah, berkeliaran dengan suasana tak menentu. Dingin dan sengatan
matahari yang seakan memorak-porandakan kulit, bukan penghambat untuk
mendapatkan sesuap nasi. Istri dan anakmu bagaikan api yang setiap saat
membakar kemalasan menjadi Semangat.
Setiap malam
engkau melakukan berbagai hal hanya untuk melihat pancaran senyuman dari raut
wajah anak-anakmu. “ cua-cua dede” yang setiap kali kau nyanyikan masih
terngiang di telinga. Nilai-nilai leluhur budaya Dakka yang tertanam kokoh
dalam dirimu, kau ajarkan pada kami
dengan lisan dan kau contohkan lewat prilaku.
Mabusung,
mapondi sunga’, maririako, dan soro kabu, kosakata itu sering kali kau ucapkan
ketika melihat kami melakukan hal buruk dalam kacamata suku Dakka. Baik itu saat
Berjalan di hadapan orang dewasa yang sedang bercerita atau mengerjakan
sesuatu, atau Membentak ayah dan ibu, kata-kata itu pasti keluar dari lisanmu
tanpa perintah dan aba-aba terlebih dahulu.
Ayah! Maafkan
anakmu ini yang belum bisa meninggikan harkat martabat keluarga. Maafkan anakmu
yang terkadang ditanya “ kamu suku apa?” lalu menjawab “ suku Mandar” atau “
suku Bugis”. Maafkan anakmu yang lebih Fasih menggunakan bahasa lain ketimbang
bahasa ayah. Padahal sangat jelas, dalam diri kami mengalir dara-dara Todakka
bukan suku lain. Sekali lagi maafkan anakmu yang telah melukai hatimu.
Penulis: Hermawati
Bimbingan Jurnalistik
Dimuat juga di www.dakkaa.wordpress.com
Dimuat juga di www.dakkaa.wordpress.com
PENULIS
Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas
0 komentar:
Post a Comment
Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D