Menghargai Waktu
Hasil Editan.
Penulis: Nurhalimah
Bimbingan JurnalistikPenulis: Nurhalimah
Dimuat juga di www.dakkaa.wordpress.com
Silahkan rasakan sendiri tulisan yang disajikannya. selamat membaca.
***
Mentari pagi
mulai terlihat di ufuk timur. Semburat cahayanya melukis indah tanpa makna.
Kabut hitam yang menyelimuti angkasa, berlahan memperlihatkan langit biru.
Angin berhembus sepoi, pepohonan menari lincah mengikuti irama angin. Benturan
Ranting-ranting pohon menciptakan nada baru, mengajak burung bernyanyi merdu.
Seorang gadis
mengenakan seragam merah hitam keluar dari rumah menuju jalan setapak. Raut
wajahnya kusut bagaikan baju yang belum disetrika. Tatapannya tajam menelusuri
jalan, berharap kedua bola matanya segera menangkap sang penunggang motor.
Wanita itu bernama Nurhalimah. Gadis berusia 17 tahun yang tak pernah menyerah
dalam menghadapi lika-liku kehidupan.
Nurhalimah
menatap cemas sekelilingnya. berjalan ke sana kemari tanpa arah tujuan.
Sesekali ia menghentikan langkah, melirik jam di pergelangan tangannya. Berharap,
kecemasannya segera terobati.
Cahaya metahari
mulai memanggan tubuh. Ia mengipas-gipaskan seragam olah raga yang membalut tubuhnya
hingga tak beraturan. Jemarinya bergerak lincah mengikuti gejolak amarah. Ia
kembali melirik jam tangannya. “ gawat! pukul 07:15”. Katanya dalam hati.
Dahinya pun
mulai mengerut. Jari-jemari menelusuri kulit kepala, mengotak-atik rambut yang
tertatah rapi. Butuh waktu 10 menit depan cermin untuk merapikan rambut itu
seperti semula. Wajah kusutnya berganti merah merona ketika menyaksikan
pengendara motor mendekatinya. khayalan dan harapan menciptakan senyum manis.
pengendara motor
itu melaju cepat melewatinya. Meninggalkannya tanpa kata. Ia menghela napas
panjang. merah merona dan senyum manis yang baru saja menghiasi wajahnya
seketika itu luntur digantikan wajah kusut. Ia kembali berjalan mendekati pintu
rumah membawah sejuta kekecewaan.
” pip-pip-pip-pip.
Nurhalimah! cepat kita uda telat 20 menit” teriak seorang gadis pengendara
motor yang baru saja berhenti tepat di bawah ranting pohon besar yang rimbun.
Sontak Nurhalimah
menoleh ke belakang lalu berbalik arah. Tanpa menyetel volume suaranya terlebih
dahulu,“ Itha! Akhirnya kamu datang”. Teriakannya bak petir memecahkan gendang
telinga.
Itha tersenyum
tipis. Memperlihatkan gigi putihnya yang bersih. Lalu berkata “ maaf ya , saya
telat”.
“ngak apa-apa.
Ayo kita berangkat” jawab Nurhalimah sembari meloncat ke atas motor.
***
Di bawah lampu
merah perempatan jalan, sekelompok anak berseragam olah raga mengayunkan
kakinya penuh semangat. Mereka Berlari sekuat tenaga, tanpa memikirkan Sesuatu kecuali
menang, menang, dan menang.
Belum juga mesin
motor dimatikan, Nurhaliam meloncat turun, berlari menuju pos sekolah mencari
guru olah raganya.
“ cepat nak!
Kamu tertinggal jauh” teriak salah seorang lelaki bertubuh tegak, perutnya
buncit, dan berkumis tebal.
Nurhalimah
melirik kiri kanan. Mencari sumber suara itu. Namun, Kedua bola matanya tak
menangkap pemilik suara itu. “ Itu pasti pak guru ” Sahutnya dalam hati sembari
mempercepat langkah kakinya menuju garis start.
Ia memandang
jauh ke depan, Tak satu pun lawan yang terlihat. Kecemasan kembali menghantuinya.
Wajahnya pucat, tubuhnya terguyur keringat, tangan dan kakinya terasa dingin. ” saya harus
menang”. Hanya kalimat itu yang memenuhi hati dan pikirannya. Tanpa pikir
panjang, ia berlari sekuat tenaga mengikuti jalur lomba dan berhasil melewati
seluruh lawannya.
Sesampainya di
garis finis. di atas lantai keramik putih,tanpa ba bi bu, ia merebahkan
badannya dan berusaha mengontrol nafasnya yang terengah-engah. Sontak Anak-anak
yang berada di halaman sekolah, berlari sekencang mungkin mendekati tubuh yang
terbaring lemah di hadapan seorang guru olah raga.
“ cepat bawah
dia ke ruang UKS!” perintah pak guru sembari menunjuk salah satu ruangan dekat
kantor Guru.
Beberapa anak
mendekati Nurhalimah lalu memapanya ke ruang UKS. Yuni, satu di antara sekian banyak sahabatnya,
telah menunggu di ruangan itu.
“ Nu! Gimana
keadaan kamu?” Yuni memuli percakapan.
“ Alhamdulillah
sudah baikan.” Jawab Nurhalimah sembari memperlihatkan senyumnya yang menawan.
“ Yun! Sebentar
lagi pelajaran geografi dimulai, Bu’ Guru masuk atau tidak?” Nurhalimah
melanjutkan percakapan.
“ Mungkin saja.
Soalnya ibu sudah tiba sejak pagi tadi”
“ Nurhalimah! saya
kaget waktu dengar kamu pingsan. Tadi pagi kamu sarapan?” Tanya Ibu Rasnawiah sembari memegang
tangan Nurhalimah.
“ tidak bu’.
Takutnya terlambat”
“ itulah salah
satu pentingnya tepat waktu. Lain kali, pastikan dulu orang yang kamu tunggu
itu tepat waktu atau tidak. Jangan hanya
berdiam diri membiarkan waktu berputar begitu saja tanpa memberikan makna. Hari
ini, kamu istirahat saja biar cepat sembuh. Jangan pikirkan pelajaran saya.”
“ iya Bu’. Saya
akan mengingat terus nasihat ibu”
Guru biologi itu
melepaskan tangan Nurhalima, lalu pamit untuk mengajar.
Penulis: Nurhalimah
Peserta didik jurnalistik yang diselenggarakan KPBD ( Komunitas Pecinta Budaya Dakka)
PENULIS
Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas
0 komentar:
Post a Comment
Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D