Hello

Welcome To My Blog

MISBAHUDDIN HASAN
Semoga Tulisan di Blog ini Bermanfaat Bagi Anda

Recent

Kisah dalam AL-Quran


PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Al-Quran sebagai kitab samawi yang diturunkan kepada Rasulullah SAW adalah kitab yang membimbing manusia menuju hakikat penciptaannya sebagai seorang hamba. Seluruh ayat-ayat yang terdapat di dalamnya mengandung makna yang cukup dalam sehingga Al-Quran akan terus senada dengan perkembangan zaman.
Ketika kita menelisik secara umum terkait term dalam AL-Quran maka kita akan menemukan salah satu tema yang sering dijumpai dalam berbagai ayat yaitu kisah-kisah, baik kisah para Nabi dan Rasul maupun kisah orang-orang yang menentang utusan Allah SWT.
Kisah yang termuat dalam Al-Quran mengandung pelajaran berharga yang bisa mengarahkan atau membimbing kita ke arah yang lebih baik. Ketika kita mampu memahami makna yang terkandung di dalamnya maka kita akan lebih mudah menentukan langkah atau tindakan untuk mengarungi kehidupan ini.
Tapi yang menjadi problem adalah apakah kisah-kisah yang termuat dalam AL-Quran memiliki posisi yang sama dengan kisah-kisah yang tidak disebutkan dalam Al-Quran? Dalam artian apakah sama antara kisah yang disebutkan dengan kisah yang tak disebutkan dalam Al-Quran? pertanyaan inilah yang menjadi titik sentrum dari pembahasan makalah ini.

B.     Rumusan Masalah
Dari uraian singkat di atas kita menemukan beberapa poin permasalahan yaitu:
1.      Bagaimanakah pengertian kisah dalam Al Qur’an ?
2.      Bagaimanakah karakteristik kisah dalam Al Qur’an ?
3.  Apa tujuan di balik kisah dalam Al Quran?

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk  memenuhi salah satu tugas mata kuliah di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Dan yang terpenting adalah sebagai sumbangsih analisis dan pengetahuan kepada para penuntut ilmu ke-islaman.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kisah dalam Al Qur’an
            Secara etimologi, kisah dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan قصة atau قصص yang berarti kisah, hikayat, atau cerita. Kata tersebut (  قصة atau قصص ) adalah bentuk masdar dari kataقصصا  - يقصّ - قصّ  yang berarti menceritakan. Sebagaimana firman Allah SWT:
إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ
Artinya : “Sesungguhnya ini adalah berita yang benar…” (Q.S. Ali Imran :62)
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang berakal” (Q.S. Yusuf : 111)
Selain arti tersebut, Kata ini juga memiliki arti lain yaitu mengikuti jejak. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah SWT:
قَالَ ذَلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِ فَارْتَدَّا عَلَى آَثَارِهِمَا قَصَصًا
Artinya : “Musa berkata : itulah (tempat) yang kita cari. Lalu keduanya kembali mengkuti jejak mereka semula” (Q.S. Al-Kahfi : 64)
وَقَالَتْ لِأُخْتِهِ قُصِّيهِ فَبَصُرَتْ بِهِ عَنْ جُنُبٍ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
Artinya : “Dan berkatalah Ibu Musa kepada Saudara Musa yang perempuan : ikutilah dia, maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya” (Q.S. Al-Qashash : 11)
Adapun secara terminologi, kisah (قصة atau قصص) dalam Al-Quran bermakna pemberitahuan mengenai kejadian-kejadian yang mengandung unsur pelajaran penting bagi Manusia. Baik itu kejadian yang menimpa para Nabi, Rasul, wali Allah, maupun yang menimpa umat manusia pada umumnya.



B.     Macam-macam Kisah dalam Al Qur’an
Kalau kita memperhatikan seluruh kisah yang disebutkan dalam Al-Quran maka kita akan sampai pada satu kesimpulan bahwa ada tiga karakteristik kisah yang disebutkan yaitu:

1.       Kisah-kisah para Nabi dan Rasul
Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya tidak semua kisah Nabi dan Rasul disebutkan dalam Al-Quran hanya sebagian kecil dari keduanya yang disebutkan. Hanya kisah-kisah yang sarat akan makna yang diceritakan.
Ketika meninjau kisah tersebut dari aspek panjang dan singkatnya maka kita bisa membaginya dalam tiga kelompok yaitu:
·         Kisah yang disebutkan dengan panjang lebar, kisah yang masuk dalam kategori ini adalah kisah dari Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Yusuf, Musa dan Harun, Daud dan Sulaiman, serta Isa ‘alaihimu al-salam. Namun di antara yang lainnya, kisah Nabi Yusuf adalah kisah yang paling panjang, karena diceritakan dengan lengkap, mulai dari masa kecilnya sampai menjadi penguasa di Mesir dan dapat berkumpul dengan Bapak dan Saudara-saudaranya.
·          Kisah yang disebutkan dengan sedang, kisah yang masuk dalam kategori ini adalah kisah dari Nabi Hud, Luth, Shaleh, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, Zakariya dan Yahya ‘alaihimu al-salam.
·         Kisah yang disebutkan dengan sekilas, kisah yang masuk dalam kategori ini adalah kisah dari Nabi Idris, Ilyasa’ dan Ilyas.
Adapun kisah Nabi Muhammad SAW, bisa dikategorikan kedalam bagian yang pertama (diceritakan secarapanjang lebar), Karena diceritakan kisah Nabi Muhammad SAW beberapa peristiwa yang terjadi pada zaman beliau, seperti peristiwa yang yang dialami beliau waktu kecil, permulaan dakwah, hijrah, dan beberapa perang yang dialami serta beberapa gambaran kehidupan keluarga beliau.

2.       Kisah ummat, tokoh, atau pribadi (bukan Nabi) dan peristiwa-peristiwa masa lalu
Tokoh yang pertama kali kisahnya diceritakan dalam Al Qur’an adalah dua orang putra Nabi Adam sendiri yaitu Qabil dan Habil, Al Qur’an menceritakan kisah ketika Qabil membunuh saudaranya sendiri Karena akibat dari sifat dengkinya. Inilah pembunuhan pertama yang terjadi dalam sejarah umat islam. Dan masih banyak lagi kisah-kisah seorang tokoh yang diceritakan dalam Al Qur’an, sebagian dari kisah ini antara lain :
a)      Kisah Nabi Musa dan Nabi Khaedir
b)      Kisah kaum Ashabul Ukhdud
c)      Kisah Qarun yang hidup pada zaman Nabi Musa As
d)     Kisah Maryam yang diasuh oleh Nabi Zakariya
e)      Kisah tentang Ashabul Kahfi
f)       Kisah Nabi Sulaiman
g)      Kisah peperangan antara Jalut dan Thalut
h)      Kisah Raja Dzul Qarnain

3.       Kisah-kisah yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW
Beberapa kisah yang terjadi pada masa Nabi Muhammad juga disebutkan  dalam Al Qur’an, salah satunya yaitu ketika sebelum Nabi lahir Tentara Bergajah melakukan penyerbuan ke Makkah yang bertujuan untuk menghancurkan Ka’bah, yang dipimpin oleh Raja Abrahah. Diceritakan pula kisah Nabi Muhammad waktu kecil dengan statusnya sebagai anak yatim yang miskin dan belum mendapat bimbingan wahyu, dengan bahasa yang singkat dan puitis.
Dan juga peristiwa setelah beliau diangat menjadi Rasul, yaitu peristiwa Isra’ dan Mi’raj, hijrah, perang badar, perang uhud, perang azhab atau perang khandaq, dan perang humain, juga kisah-kisah seputar fathu makkah dan peristiwa lainnya yang juga tidak bisa disebutkan oleh penulis secara lengkap.

C.    Karakteristik Kisah dalam Al Qur’an
Beberapa karakteristik kisah-kisah yang disebutkan  dalam Al Qur’an antara lain :
1.      Kisah dalam Al Qur’an tidak diceritakan secara berurutan dan panjang lebar berarti diceritakan secara ringkas, namun terkadang atau bahkan banyak diceritakan secara panjang lebar.
2.   Sebuah kisah terkadang berulang-ulang diceritakan dalam Al Qur’an dan dikemukakan dalam berbagai bentuk yang berbeda-beda.
Kedua karakteristik inilah yang sering menimbulkan perdebatan antara orang-orang yang meyakini kebenaran Al Qur’an dan orang-orang yang meragukan kebenaran Al Qur’an, mengapa kisah-kisah tersebut (dalam Al Qur’an) tidak diceritakan secara kronologis dan sistematis sehingga mudah untuk dipahami, dan juga mereka memandang bahwa pengulangan kisah-kisah itu kurang efektif dan efisien.
 Kemudian mengenai fiktif atau tidaknya kisah-kisah tersebut, Ahmad Khalafullah menyatakan bahwa kisah-kisah dalm Al Qur’an merupakn karya seni yang tunduk pada daya cipta dan kreativitas yang ada dalam seni, tanpa harus memeganginya sebagai kebenaran sejarah, ia juga menyatakan bahwa ulama’ terdahulu telah berbuat salah dengan menganggap bahwa kisah dalam Al Qur’an bisa dipegang
Namun demikian dalam Al Qur’an telah banyak dijelskan tentang kebenaran ayat Al Qur’an :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الرَّسُولُ بِالْحَقِّ مِنْ رَبِّكُمْ فَآَمِنُوا خَيْرًا لَكُمْ وَإِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
Artinya : “Wahai manusia, Sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, Maka berimanlah kamu, Itulah yang lebih baik bagimu. dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena Sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. An-Nisa’ : 170)
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آَتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
Artinya : “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu”. (Q.S. Al Ma’idah : 48)
Disamping secara umum firman Allah adalah kebenarang, Allah SWT juga menegaskan secara khusus bahwa kisah dalam Al Qur’an adalah kebenaran seperti dalam ayat berikut :
إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا اللَّهُ وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Artinya : “Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Ali Imron : 62)
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آَمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
Artinya : “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (Q.S. Al Kahfi : 13)
وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ هُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ إِنَّ اللَّهَ بِعِبَادِهِ لَخَبِيرٌ بَصِيرٌ
Artinya : “ Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu Yaitu Al kitab (Al Quran) Itulah yang benar, dengan membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha mengetahui lagi Maha melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” (Q.S. Fatir : 31)

Al Qur’an adalah kitab yang diturunkan dari sisi Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, dalam beritanya tidak ada kecuali sebuah kebenaran.

D.    Berulangnya Kisah dalam Al Qur’an
Dari beberapa uraian diatas memang dapat dipahami bahwa sebagian kisah dalam Al Qur’an ada yang diulang-ulang di berbagai tempat dengan gaya bahasa yang berbeda pula, hal itu tentunya mempunyai tujuan, tujuan tersebut antara lain :
1.    Menjelaskan balaghah Al Qur’an dalam tingkat paling tinggi, kidah tersebut diulang pada tempat yang berbeda, dengan uslub yang berbeda pula.
2.    Menunjukkan kehebatan atauj kemukjizatan Al Qur’an, sebab mengungkapkan sesuatu makna dalam berbagai bentuk susunan kalimat, dimana susunan kalimat tersebut tidak dapat ditandingi oleh sastrawan arab yang terkenal hebat juga.
3.    Menunjukkan pentingnya pesan yang disampaikan ayat tersebut, karena pengulangan tersebut dimaksudkan untuk mengukuhkan kandungan kisah dalam ayat tersebut.
4.    Menunjukkan tujuan yang berbeda yang karenanya kisah itu diungkapkan, sebagian dari maknanya diterangkan dalam satu tempat, karena kondisi yang ada hanya membutuhkan. Sedangkan makna-makna lainnya diungkapkan dalam tempat lain sesuia dengan kebutuhan menurut kondisi yang ada

E.     Tujuan Kisah dalam Al Qur’an

Tujuan yang melatar belakangi disebutkannya kisah-kisah dalam Al Qur’an adalah sebagai berikut :
1.      Menjelaskan asas-asas dakwah dan pokok-pokok syari’at yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul Allah
2.      Meyakinkan kepada orang-orang yang beriman bahwasanya yang benar itu pasti akan mengalahkan kebatilan
3.      Membenarkan para Nabi terdahulu, mengenang, dan mengabadikan jejak perjuangan mereka
4.      Sebagai bukti bahwa beliau memang benar-benar utusan Allah SWT dan kitab suci Al Qur’an yang dibawanya bena-benar firman Allah
5.      Menjadi pelajaran (ibrah) bagi umat manusia dari bermacam-macam peristiwa yang diceritakan oleh Al Qur’an




BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kisah-kisah dalam Al Qur’an merupakan kejadian-kejadian masa lampau yang dialami umat terdahulu. Terkadang ada kisah yang diceritakan secara berulang-ulang dan ada juga yang tidak. Kisah yang diceritakan secara berulang mengandung hikmah yang begitu besar. Dan setiap kisah memiliki pelajaran berharga yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
Adapun masalah mengenai fiktif atau tidaknya kisah-kisah tersebut, sebagaimana yang dilontarkan sebagian golongan, itu merupakan suatu langkah untuk membuat umat Islam ragu terhadap ajaran agamanya sendiri sehingga dengan mudah menghancurkan umat Islam karena satu-satunya agama yang sampai hari ini aktif menentang kedzaliman adalah umat Islam.

Share this:

PENULIS

Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas

BERGABUNGDENGAN PERCAKAPAN

0 komentar:

Post a Comment

Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D