Kenangan masa lalu
Entah sudah berapa lama aku meninggalkan Jakarta. Kota metropolitan
yang menjadi pusat perputaran ekonomi terbesar se-Indonesia. Aku teringat masa-masa
berkumpul bersama teman-teman seperjuangan dalam menuntut ilmu. Dinginnya malam
mengantarkanku pada kisah berbagi cerita pengalaman hidup bersama seorang
pemuda kelahiran Slipi, Jakarta Barat.
Saat itu, aku duduk di teras lantai tiga asramaku. Memandangi rembulan yang tak pernah lelah memberikan cahanya. Bintang-bintang bertaburan menghiasi angkasa, segelas kopi menemaniku melawan dinginnya malam.
Malam itu, mataku enggan untuk terpejam,
pikiranku menjelajah menembus lorong-lorong waktu. aku memikirkan makalah
ke-empatku yang berjudul Tafsir Al-Ma’un. surah yang berbicara mengenai
pentingnya menyeimbangkan ibadah individu dan ibadah sosial. Malam itu, aku
larut dalam perenungan hingga tak sadar jam menunjukan pukul 03:00.
Seorang sahabatku dari keturunan Al-Alaidi
bernama Sayyid menghampiri dan menemaniku melewati dinginnya malam. Kami
berbagi cerita seputar perjalan hidup. Beliau menceritakan kisa hidupnya yang
sarat akan makna. Sejak kecil beliau dididik untuk menjadi orang cerdas. Beliau
lebih memilih hidup sederhana ketimbang hidup mewah, padahal beliau memiliki
harta yang cukup untuk hidup mewah, paman-paman beliau adalah orang yang berpengaruh
di negara ini.
Beliau salah satu murid tercerdas. aku selalu
berusaha untuk menyaingi kecerdasannya, aku merelakan waktu istirahatku untuk
digunakan belajar karena aku yakin bahwa kerja keras adalah salah satu kunci
untuk merai kesuksesan
Ada satu kalimat darinya yang tertanam dalam
diriku, yaitu “ hanya ada satu warisan dari ayahku sebelum beliau meninggal
yaitu sebuah lemari berisika kitab
berbahasa arab dan indonesia, aku dituntut untuk tidak mengambil harta warisan
dari kakeku karena hidup sederhana lebih nikmat dari pada hidup mewah.” Kini
tiba giliranku untuk menceritakan kisah perjalananku, aku menceritakan
masa-masaku bersama anak jalanan yang tinggal di pinggiran kota makassar.
Waktu itu, salah seorang seniorku mengajakku
untuk melihat kehidupan anak jalanan yang tinggal dipinggiran kota makassar.
Kehidupan serba tak berkecukapan, rumah-rumah mereka terbuat dari
bongkahan-bongkahan sampah, anak-anak berusia 7-14 tahun memilih untuk membantu
orang tuanya mencari sampah bekas dari pembuangan orang-orang kaya.
Rasa gembira bercampur haru ketika menyaksikan bocah-bocah berebutan alat tulis, mainan, nyayi dan menghitung. mereka memiliki rasa ingin tau begitu besar sehingga tak heran ketika mereka banyak bertanya. Berkumpul dengan mereka menimbulkan perasaan senang dan bahagia yang sebelumnya tak perna aku rasakan. Wajah cerah dihiasi senyum manis terpancar dari raut wajah mereka meruntuhkan tembok kegelisahan yang selama ini bersemayam dalam diriku.
Setelah menceritakan sebagian kecil dari perjalananku,
Sayyid berkata “ perasaan itulah yang selama ini belum pernah aku rasakan. Aku
hanya fokus dengan pelajaran-pelajaranku dan berkumpul dengan pecinta Ilmu
tanpa perna sedikitpun berfikir untuk merasakan penderitaan orang-orang yang
ada dipinggiran jalan.” Tampaknya Sayyid mulai menyadari pentingnya melibatkan
diri dalam kehidupan orang pinggiran.
Keesokan harinya, aku membuka facebook dan
melihat pemberitahuan, ternyata Sayyid mengungkapkan isi hatinya lewat tulisan
yang berjudul “Aku bersama Misbahuddin Hasan di pinggi jalan”.
***
beberapa minggu yang lalu, beliau menulis status di akun Facebooknya tentang kerinduanya pada sosok malaikat yang selama ini telah membesarkannya dari hasil keringat. malaikat yang tak kenal lelah mencari sesuap nasi untuk putranya. malaikat yang menghabiskan siangnya untuk bekerja dan malam digunakan untuk mengajari anak-anaknya memaknai kehidupan.
yaa, beliau merindukan ayahnya yang sudah lama bertemu dengan sang pencipta. igatan masa kecil meruntuhkan ego dalam dirinya. hanya doa dan harapan yang bersemayan dalam dirinya. ia berharap, di akhirat kelak, ia berkumpul bersama ayahnya di Surga.
PENULIS
Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas
0 komentar:
Post a Comment
Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D