Hello

Welcome To My Blog

MISBAHUDDIN HASAN
Semoga Tulisan di Blog ini Bermanfaat Bagi Anda

Recent

Bertahan Hidup di Kota Metropolitan

Sejenak bersama orang miskin lebi berharga dari pada setahun bersama orang kaya, bersama orang miskin kita diajarkan arti kehidupan dan perjuangan tapi bersama orang kaya kita tidak mendapatkan apa yang kita dapatkan dari orang miskin kerana telinga kita hanya disibukan dengan urusan bisnis.
Hari minggu tanggal 24 mei 2015, aku meluangkan waktuku untuk bercengkrama dengan mastarakat pemulung disekitar asramaku. Begitu banyak pelajaran  berharga yang aku dapatkan, mereka mengajarkanku arti kehidupan, bersama mereka aku merasakan ketenangan yang tidak pernah aku rasakan ketika bersama orang-orang kaya di asramaku.
Aku sangat akrab dengan masyarakat pemulung disekitar asramaku. Setiap kali berangkat kuliah, aku memilih untuk berjalan sendiri, memisahkan diri dari teman-temanku. Aku berjalan melewati rumah-rumah mereka. Entah apa yang mebuatku tertarik untuk melewati rumah-rumah kumu yang terbuat dari bongkahan sampah. Tapi satu hal yang pasti, setiap kali aku melewati rumah kumu itu, senyuman dan sapaan memenuhi pendengaranku.
Seorang kake bernama Supri sering kali menawariku untuk mampir sejenak merasakan nikmatnya kopi buatan Irma, seorang gadis berusia 12 tahun. Aku sering menolak tawaran kake supri karena takut telat masuk kampus. Suatu hari aku berangkat lebih awal agar bisa merasakan kopi buatan irma. tapi sayang, aku tak lagi melihat kake Supri duduk di depan rumahnya sehingga tak ada lagi yang menawariku untuk minum kopi buatan gadis cilik yang anggun.
Aku heran, tumben pagi ini kake supri tidak nongkrong sambil minum kopi. Rasa penasaran mengantarkanku untuk bertanya pada Parto, bocah berusia 10 tahun yang sedang duduk dihalaman rumah kake Supri. Ia berkata “kak, kake lagi sakit” mendegar ucapan parto, aku meluangkan waktuku untuk mampir sejenak melihat kondisi kake Supri. Senyum manis terpancar dari raut wajahnya ketika melihatku. beliau menyuruh Irma untuk membuat dua gelas kopi lalu berusaha bangun dari tidurnya. Kami pun menikmati kopi buatan Irma sambil diskusi seputar pahitnya kehidupan di kota metropolitan. Tampaknya penyakit kake Supri terkalahkan dengan kehadiranku dirumahnya. Tak terasa Jam menunjukan pukul 06:30. Aku pamitan untuk berangkat ke kampus.
Sabtu, tanggal 31 mei 2015. Sekitar pukul 19:00. Aku kembali mengunjungi mereka. Ali Hadi seorang sahabatku mengajakku nontong bareng filem yang baru didonlowadnya. Tapi sayang,  Aku menolak tawaran tersebut.
Malam itu aku membawa laptop. Aku duduk di balai-balai bambu bersama beberapa orang tua dan anak-anak, aku memutarkan filem yang berjudul Laskar pelangi. Kisah inspiratif yang membangkitkan semangat. Rasa senang Tampak dari raut wajah mereka, sesekali suara tawa menggelegar hingga keangkasa. 
Setelah nonton filem, aku bersiap-siap untuk balik, tiba-tiba Andi manahanku, ia mengajakku kerumahnya, awalnya aku menolak karena uda larut malam, tapi andi terus memaksaku, ia berkata “aku ingin ngobrol dengan kaka”. aku pun menerima tawarannya.
Andi bocah tegar dan kuat berusia 13 tahun meneteskan air mata ketika menceritakan kisah perjuangannya untuk bertahan hidup di kota metropolitan ini. Ia meninggalkan sekolahnya untuk bekerja keras demi keberlangsungan hidup keluarganya. Kake dan Neneknya tak mampu lagi untuk bekerja, mereka hanya bisa meneteskan air mata melihat cucunya yang pergi pagi pulang malam untuk mencari sesuap nasi.  Pukul 05:00 ia sudah harus bersiap-siap untuk menjalangkan misinya dan balik ketika rona merah telah memenuhi langit.
            Pada usia tiga tahun Andi tak lagi merasakan kasih sayang dari orang tuanya, karena Ayah dan Ibunya lebih dahulu bertemu dengan sang pencipta. Selama  10 tahun Andi tumbuh dewasa dalam asuhan kake dan neneknya, ia dididik untuk menjadi pemuda yang bisa bermanfaat bagi keluarga dan orang disekitarnya.
            Rasa haru menyelimutiku mendegar kisah perjuangan Andi, mataku serasa ingin meneteskan air mata, tapi aku berusaha untuk menahannya agar tak terlihat cengeng di hadapan Andi.
Kake Andi bernama Suratman keluar dari kamarnya dan menemani kami duduk. Kake itu juga menceritakan kisah perjalanannya sewaktu masih kecil. Ternyata kake tersebut salah seorang anak pejuang kemerdekaan. Ayahnya gugur saat melawan belanda. Tapi sayang, beliau tidak mendapat apapun dari pemerintah terkait pengorbanan Ayahnya.
            Andi tertidur pulas. Aku pun pamit untuk balik ke asram. Asyik menikmati dinginnya malam, tiba-tiba terdengar suara Irma memanggilku, aku berhenti dan melihat jam tanganku. Aku kaget, kok jam segini Irma masih belum tidur. Ternyata, Irma sengaja tidak tidur karena menungguku. Irma menarik tanganku sambil berkata” dari tadi kake menunggu kaka, katanya ada sesuatu yang ingin dibicarakan”. Sambil berjalan menuju rumah Irma, pikiranku merajalela. Aku berfikir, ini pasti masalah penting karena tidak mungkin kake begadang menunggu kedatanganku.
            Sesampai di rumah Irma, terlihat dua gelas kopi siap saji di karpet merah, gumpalan asap roko mengaburkan pandangan kake. Kake mempersilahkanku duduk dan minum kopi. Aku bertanya kepada kake, kok jam segini kake mencariku? Ia, aku ingin berterima kasih atas obat yang telah kamu berikan kepadaku. Jawabnya. Aku tersenyum dan berkata sama-sama kek, sudah menjadi kewajibanku untuk membantu kake.

Share this:

PENULIS

Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas

BERGABUNGDENGAN PERCAKAPAN

0 komentar:

Post a Comment

Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D