Hello

Welcome To My Blog

MISBAHUDDIN HASAN
Semoga Tulisan di Blog ini Bermanfaat Bagi Anda

Recent

Bidadari Terluka: Kesucianku Dicuri

gambar ini diambil saat membeli ikan di persimpangan jalan
Penapancasila.top- Di bawah langit bertabur bintang, terlihat seorang wanita berpakaian kemeja Ping dan rok hitam yang menutupi pinggul hingga pergelangan kakinya. Ia duduk bertumpu kaki menghadap tumpukan sampah. Sesekali ia menyalakan korek api lalu membakar plastik putih di tangan kirinya. Entah apa yang menjadi alasan sehingga si jago merah tak kunjung menampakkan keganasannya. Plastik itu masih terlihat utuh. Ia terus berusaha, tapi sang jago merah masih enggan memperlihatkan kesaktiannya.


Saya yang sedang asyik menggariskan tinta merah di atas kertas putih, sesekali menghisap rokok di tangan kanan lalu menghembuskannya. Berlahan gumpalan asap mengaburkan pandanganku. Beberapa pengunjung lainnya juga asyik berdiskusi. Sesekali mereka melepas tawa hingga menggelegar ke angkasa meretas kesunyian malam.

Tumpukan sampah yang terletak samping kanan bagian depan bangunan bertuliskan Royal Mart itu, tak kunjung terbakar. Wanita itu masih tetap berusaha menyalakan korek api dengan harapan, si jago merah melahap habis musuh –musuh di hadapannya.

Tak satu pun pengunjung bergeser dari tempatnya untuk membantu wanita di sampingnya yang lagi kesulitan. Mereka asyik dengan dunianya sehingga melupakan kewajiban membantu sesama. Kupandangi orang-orang di sekelilingku serambi menghembuskan asap rokok. Saat mataku tertuju pada wanita itu, terlihat kedua tangannya mendekap tubuhnya. Seakan menitip pesan bahwa ia kedinginan.

Langkah kaki mengarahkanku pada tumpukan sampah itu. Meninggalkan buku catatan dan sebungkus rokok di atas meja. Saya bertindak bagaikan Super Hero yang menyelamatkan manusia. Selembar kertas putih yang dipenuhi angka-angka mencuri perhatianku. Kuambil kertas itu menggunakan tangan kananku lalu kunyalakan korek gas di bawahnya. Saat kertas itu terbakar, kuletakkan di antara tumpukan kardus dan plastik. Berlahan, si jago merah menunjukkan keahliannya.

Saat api berkobar, wajah wanita itu terlihat jelas. Ia cemberut,  Bola matanya berkaca-kaca menyimpan genangan air. Rasa penasaran menghampiriku. Saat bertanya apakah gerangan yang telah membuatnya sedih, tiba-tiba terlihat tetesan air mata membasahi pipinya yang putih bersih. Saya mulai ketakutan, terbetik dalam pikiranku “ jangan sampai kata-kataku tadi membuatnya tambah sedih”. Saya berusaha menghiburnya dengan beberapa kalimat. Tapi wanita yang bekerja sebagai Sales di Royal Mart itu masih saja menampakkan wajah murungnya. Saat kalimat canda keluar dari lisanku, tiba-tiba wanita itu tersenyum tipis. Akhirnya saya berkata dalam hati “ Alhamdulillah”.

Sambil menunggu tumpukan sampah dilahap habis si jago merah, kami berdiskusi seputar pekerjaannya. Tanpa ia sadari, saya berusaha mencari tahu penyebab kesedihannya. Tapi nampaknya waktu yang membatasi diskusi kami sehingga ia belum sempat menceritakan seluruh keluh kesahnya.

Saat ia berdiri hendak melanjutkan pekerjaannya, ia melempar kertas ke arahku. Saya tersenyum manis serambi mengambil kertas yang tergeletak di hadapanku. Saat hendak membuka lipatan kertas itu, tiba-tiba ia berkata “ kalau kau mau tahu masalahnya, bacalah isi kertas itu. Tapi jangan di sini. Kamu baca di rumah saja. Oke !” mendegar ucapan itu, kepalaku bergoyang naik turun seakan memberikan isyarat bahwa saya mengiakan permintaannya. Berlahan, wanita itu lenyap dari pandanganku.

Sesampainya di rumah, kumasukkan tangan kanan dalam saku celana. Kugenggam kertas itu dan mengeluarkannya. Lalu, Kuletakkan di atas meja belajar. Saya menyeruput kopi hitam dan membakar sebatang rokok. Kuisap dalam-dalam lalu kuhembuskan. Kubuka lipatan kertas itu. Mataku bergoyang mengikuti irama tulisan. Saya termenung saat membaca kalimat “ hinaan dan caci maki, sudah menjadi sarapan pagi buatku. Hidup ini terasa hampa tanpa keduannya”

Kubaca lebih lanjut isi kertas itu dan sesekali menyeruput kopi hitam. Di bagian tengah tulisan itu terdapat kalimat “ gadis itu sedang sakit. Ia terbaring lemah tak berdaya. Seorang lelaki menghampirinya lalu merebut kesuciannya secara paksa. gadis itu sangat histeris. Tak pernah sedetik pun terbetik di pikirannya bahwa hal tersebut akan menimpanya. Menjelang beberapa saat, istri lelaki bejat yang telah mencuri kesuciannya, menghampirinya. Ia berusaha menjelaskan kejadian mengerikan yang baru saja menimpanya. Tiba-tiba, lelaki itu datang dan menjelaskan seolah-olah gadis itulah yang bersalah. Akhirnya, gadis malang itu di usir dari rumah.”

Di bagian akhir, ia berkata “ sejak kejadian itu, aku memutuskan untuk tidak menghadirkan lelaki dalam hidup ini. Bagiku, lelaki hanya pembawa bencana. Aku bisa hidup tanpa lelaki. Hidup tanpa cinta, hidup tanpa lelaki, itu jauh lebih baik. Mulutku tertawa tapi hatiku menangis saat mengingat kejadian malam itu.”

Seusai membaca tulisan itu, saya keluar dari kamar menuju halaman rumah. kupandangi bintang yang masih setia menghiasi angkasa. alangkah indahnya malam ini jika rembulan juga ikut menampakkan dirinya.

Share this:

PENULIS

Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas

BERGABUNGDENGAN PERCAKAPAN

0 komentar:

Post a Comment

Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D