Berkah dari Konsolidasi Percepatan gerakan ke depan
Penapancasila.top- Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba.
Ia telah memutuskan mengambil langkah kongkrit untuk menjalankan sunnah Rasul.
Sebelumnya ia kesulitan dalam mengambil sebuah ke-putusan karena harus
bersandar pada analisis yang jelas. Tapi pada akhirnya, ia berhasil menentukan
pilihan karena tidak lagi menggunakan analis matrealistik.
Keterjebakannya dalam analisis
matrealistik telah memenjarakan dirinya. Semua sosok penyempurna yang ia kenal
dianalisa dan dipetakan sampai ke akar-akarnya. Mulai dari ke-apaan, ke-siapaan,
ke-bagaimanaan sampai pada ke-layakan. Sehingga sulit menentukan sosok penyemangat
dan penyempurna yang sesuai konsep
idealisnya.
Memang wajar kalau dia menganalisa
terlebih dahulu sebelum mengambil ke-putusan
karena selama ini dia aktif di pembasisan. Kecerdasannya dalam aspek gerakan
telah terbukti dengan adanya beberapa daerah yang menjadi lahan basisnya.
Selama ini, ia pergi ke desa-desa hanya seorang diri dengan tujuan membantu
masyarakat dalam menyelesaikan berbagai macam masalah yang dihadapi. Dia juga
merupakan salah seorang yang telah berhasil merubah cara pandang saya terhadap
sesuatu. Saya banyak belajar dari beliau khususnya dalam hal gerakan. Tapi kali
ini saya tidak terlalu sepakat dengan metode yang ia gunakan dalam menentukan
pilihan. menurut saya, kali ini dia salah dalam menempatkan analisanya sehingga
begitu banyak masalah yang ia hadapi sebelum mengambil ke-putusan.
Memperjelas sesuatu sebelum melangkah
adalah keharusan. Kita tidak boleh serta merta memutuskan sesuatu tanpa
memahami betul objeknya. Tapi kita juga harus memahami bahwa dalam aspek
penyempurnaan insani, yang dibutuhkan hanyalah analisis spiritual bukan analisis matrealistik.
Kebanyakan di antara kita sulit
melakukan pendekatan dalam hal membangun Rumah tangga karena keterjebakan pada
idealisme yang terbentuk dari pandangan metrealistik. Banyak orang yang jago
bicara tentang pandangan spiritual tapi ketika mereka diperhadapkan dengan
urusan rumah tangga maka mereka akan kembali bersandar pada pandangan
matrealistik dengan mengatakan “ siapa dia, apa jabatannya, keturuan dari mana
dan sejenisnya”. Ini adalah salah satu problem yang telah mendarah daging.
Kita tak sadar bahwa pandangan
Spiritual adalah pandangan yang membentuk sebuah keluarga yang sakinah,
mawaddah wa rahman sekaligus menjadi pengontrol sistem kekeluargaan yang kita
bangun karena pernikahan pada dasarnya adalah proses perjalanan menuju insan
kamil. Seoarang lelaki memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh perempuan dan
begitu pun sebaliknya. Dan untuk sampai pada kesempurnaan, sesuatu yang
dimiliki pria harus menyatu dengan sesuatu yang dimiliki oleh perempuan. Oleh
sebab itu, pria dan perempuan harus bersatu dalam muara cinta yang diikat
dengan pernikahan agar lebih mudah mencapai kesempurnaan.
***
Alhamdulillah karena beliau telah
memutuskan untuk mengambil langkah-langkah kongkrit. Ada yang menarik dari proses
perjalanannya dalam pendekatan membangun keluarga. Saya sangat yakin hanya
sebagian kecil yang bisa mengikuti jejaknya. Tanpa ada kata-kata indikasi yang
bisa membuat perempuan itu paham bahwa dia akan datang melamar. Hanya kalimat
yang ia keluarkan saat menelfon “ ini untuk mempercepat gerakan ke depan. Kamu
mau dipercepat atau diperlambat”. Dari ungkapan inilah saya mendapatkan
defenisi baru tentang pernikahan yaitu “ percepatan gerakan masa depan”.
Dan saya sangat bersyukur karena
mendapat percikan berkah darinya. Saat saya mendengar kabar bahwa beliau telah
melakukan proses konsolidasi percepatan gerakan ke depannya, keesokan harinya
saya pergi mengajar bahasa Arab. Saat perjalanan pulang, hujan mengguyur kota Makassar.
Saya pun mampir di salah satu rumah makan Pangkep untuk berteduh. Saat memasuki
ruangan, saya disapa oleh seorang pria yang mengenakan baju kokoh, memakai
sarung dan rambutnya yang cukur plontos ditutupi songkok haji.
“Pak saya pesan kopi hitam” kataku
sambil berjalan menuju kursi yang disediakan. Setelah hujan reda, saya berniat
pulang. Ketika saya bertanya berapa yang harus saya bayar, bapak itu malah
tersenyum dan berkah “ yang tadi itu gratis”. Mendengar perkataan itu, saya pun
menjulurkan tangan kanan untuk bersalaman. Beliau juga menjulurkan tangannya
dan akhirnya tangan kami bertemu dan bergoyang naik turun. “Makasih banyak atas
kebaikan bapak. Semoga Allah membalasnya”.
Saat memasuki kompleks perumahan,
saya mampir di warung campuran milik senior yang terletak dibelakan rumah
tempat tinggal saya. Saat masuk ke dalam warung, tiba-tiba salah seorang senior
yang tengah asyik menikmati roti berkata, “ eh Misbah! Habis darimana dan mau
beli apa?” dengan raut wajah yang dihiasi senyum tipis saya menjawab “ saya
dari perintis. Ini saya mau beli rokok” dia pun membalas senyumku dan berkata
kepada penjual yang tak lain adalah senior kami “ kak! Kasih rokok Misbah biar
saya yang bayar”. Mendegar kalimat yang keluar dari lisannya saya berkata dalam
hati “ waduh hari ini kok begitu banyak berkah yang datang menghampiri. Oh ini
pasti bagian dari berkah konsolidasi percepatan gerakan ke depannya”.
PENULIS
Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas
0 komentar:
Post a Comment
Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D