Pernikahan itu apa bukan siapa
Penapancasila.top- Pernikahan sebagai langkah awal
meniti jalan menuju muara cinta ilahia menjadi salah satu hal yang
diidam-idamkan para pecinta sejati. Tak ada satupun yang mengklaim dirinya
sebagai seorang pecinta yang tidak menginkinkan hal tersebut, karena dipandang
sebagai bentuk kesempurnaan. Kita berlomba-lomba melakukan kebaikan hanya untuk
meraih kesempurnaan. Tapi sangat disayangkan, Pernikahan yang dipandang sebagai
proses penyempurnaan 2/3 agama, menjadi salah satu hal yang menakutkan.
Aneh sungguh aneh, ketika kita hanya asyik
dalam kesendirian. Makan, minum, mencuci, dan tidur, hanya ditemani piring,
gelas, dan bantal guling. Padahal kita memahami bahwa makan sendiri itu
hukumnya makru. Tapi kita tetap saja larut dalam kesendirian. Ya, Entah penyakit
apa yang telah bersemayam dalam diri.
Terkadang kita dihantui rasa takut
untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Dengan alasan, belum punya pekerjaanlah,
tidak ada uang panailah, dan berbagai macam alasan yang tidak masuk akal. Kita
harus memahami bahwa Pernikahan itu tidak berbicara tentang siapa tapi berbicara apa. Ketika uang panai dan pekerjaan
yang menjadi alasan takut menikah maka yakinlah kita masih terjebak pada
wilayah siapa.
Tak dapat dipungkiri bahwa masalah
terbesar yang dihadapi para pria bujangan hari ini adalah uang panai. Sekarang,
uang panai harus sesuai dengan derajat orang. Ketika ia keturunan andi, maka
minimal 100 juta bahkan ada yang 350 juta. Kalau S1, paling sedikit 50 juta,
dan kalau tidak memiliki gelar, minimal 20 juta. Tapi, kita tidak boleh
menjadikan masalah tersebut sebagai alasan untuk tidak menikah. Kalau seandainya
kita punya calon, lalu orang tuanya minta minimal 20 juta, dan kita tidak mampu
memenuhi permintaan tersebut, maka kita harus berusaha meyakinkan sang wanita. Kalau pun
tidak bisa, ya cari calon lain. Masih banyak wanita yang siap menikah dibawah
20 juta. Karena pernikahan tidak hanya dikhususkan bagi orang-orang tertentu.
Adapun masalah pekerjaan setelah
menikah untuk menghidupi sang istri bukanlah sesuatu yang layak untuk dijadikan
alasan karena tuhan sendiri yang berjanji untuk memberikan rezeki pada hambanya
yang telah menikah. Sebagaimana yang terdapat dalam surah An-Nur ayat 32. Dan, kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang
yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba
sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka
dengan karunia-Nya. Dan, Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.
Maka dari itu, tidak ada alasan bagi lelaki yang
lanjut usia untuk tidak bergegas memulai perjalanannya menuju lautan cinta sang
maha cinta.
PENULIS
Pemuda sapaan Misbah. Kini aktif di berbagai lembaga pendidikan. Sembari menjalani kehidupan sebagai seorang Mahasiswa, juga sebagai penulis lepas
0 komentar:
Post a Comment
Salam Cinta
NB:
Berkomentarlah dengan bijak
Selamat berkomentar...... :D